"Communication is the key to a healthy marriage. When we understand each other's stress language, we can build deeper connections." — John Gottman
"Komunikasi adalah kunci pernikahan yang sehat. Ketika kita memahami bahasa stres satu sama lain, kita dapat membangun hubungan yang lebih dalam." — John Gottman
Pernikahan seharusnya menjadi pelabuhan tempat kita menemukan dukungan dan cinta. Namun, tidak jarang, kita menemukan diri kita terjebak dalam kesepian meskipun berbagi hidup dengan seseorang. Salah satu penyebab utama dari pernikahan yang sepi ini adalah ketidakmampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif tentang stres yang kita alami. Di sinilah pentingnya memahami stress language—bahasa yang kita gunakan untuk mengekspresikan dan merespons stres—dalam mengatasi masalah ini.
Memahami Stres Language
Setiap orang memiliki cara unik untuk merespons stres, yang sering kali mencerminkan kepribadian dan pengalaman hidup mereka. Dalam konteks pernikahan, mengenali jenis-jenis bahasa stres ini dapat membantu pasangan untuk memahami satu sama lain lebih baik dan mengurangi rasa kesepian.
Ada lima jenis bahasa stres yang umum: The Exploder, The Imploder, The Fixer, The Denier, dan The Number. Mari kita telaah satu per satu.
1. The Exploder
Tipe exploder cenderung langsung bereaksi ketika menghadapi situasi menegangkan. Mereka mungkin marah, berteriak, atau menyalahkan pasangannya ketika mengalami stres. Jika Anda atau pasangan sering terlibat dalam perdebatan sengit atau ledakan emosi, itu bisa jadi tanda bahwa salah satu dari kalian beroperasi dalam mode exploder.
Cara Mengatasi: Komunikasi adalah kunci. Cobalah untuk menetapkan waktu untuk berbicara dengan tenang, di mana kalian berdua bisa berbagi perasaan tanpa gangguan. Menggunakan teknik pernapasan dalam sebelum berdiskusi dapat membantu menenangkan emosi.
2. The Imploder