Lihat ke Halaman Asli

Volunteer Social of Psychology

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang

Terapi Bermain Kriya dengan Melukis di Atas Totebag

Diperbarui: 24 September 2022   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan Kegiatan (dokpri)

Pada Minggu (18/9/2022), VOSSIL resmi membuka kegiatan kerjasamanya dengan Omah Gembira, terkhususnya Paguyuban Mutiara Kasih, untuk melakukan program bimbingan melalui terapi bermain kriya untuk mengembangkan kreativitas pada anak disabilitas. Kegiatan ini merupakan program yang dicanangkan oleh VOSSIL sebagai organisasi volunteer yang diakui untuk melakukan pengabdian masyarakat yang juga didukung serta didanai langsung oleh pihak LP2M Universitas Negeri Malang sebagai wujud Tridharma Perguruan Tinggi. Peresmian kegiatan dibuka dengan sambutan oleh pihak VOSSIL yang diwakili oleh ketua umum sekaligus ketua peneliti program yakni Indri Suryani dan ketua pelaksana yakni Shafiyya Putri Roikhan serta perwakilan dari pihak Omah Gembira dan Paguyuban Mutiara Kasih.

Pembukaan Kegiatan (dokpri)

Setelah peresmian, kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Kedungkandang itu beralih pada demonstrasi terapi bermain kriya berupa melukis dengan cat akrilik di atas totebag kanvas yang dilakukan oleh perwakilan panitia kegiatan. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk menstimulasi sensor motorik, koordinasi, kepercayaan diri, dan kreativitas anak penyandang disabilitas. Setelah memastikan instruksi yang disampaikan dapat dipahami, kegiatan kemudian berlanjut pada proses terapi bermain kriya oleh anak disabilitas yang hadir (selanjutnya akan disebut sebagai peserta). Peserta yang hadir berjumlah empat belas orang yang berasal dari rentang usia beragam dengan jenis disabilitas meliputi down syndrome, tunawicara, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, cerebral palsy, dan autisme. 

Proses melukis di atas totebag kanvas (dokpri)

Proses melukis di atas totebag kanvas (dokpri)

Ketika kegiatan dimulai, beberapa peserta mengikutinya dengan antusias, tetapi beberapa diantaranya memilih enggan untuk berpartisipasi dikarenakan suasana hati mereka yang kurang baik, sehingga pihak volunteer perlu melakukan pendekatan terlebih dahulu seperti dengan mengajak peserta berkenalan, bertukar kabar, memperlihatkan warna-warni cat untuk menarik perhatian peserta, serta terus berdialog selama proses melukis sehingga dapat membuat peserta menjadi lebih terbuka, banyak tertawa, dan tidak bosan dalam prosesnya.

Proses melukis di atas totebag kanvas (dokpri)

Proses melukis di atas totebag kanvas (dokpri)

Selama kegiatan berlangsung, terdapat peserta yang mampu melakukan pewarnaan dengan baik, tapi terdapat pula peserta yang masih perlu diarahkan. Selain itu, ada pula yang masih kesulitan mengidentifikasi bentuk sehingga memilih gambar abstrak dan ada pula yang kesulitan mengidentifikasi warna. Meskipun begitu, volunteer tidak memaksa peserta melukis suatu bentuk atau gambar secara spesifik karena murni ingin mengetahui sejauh mana eksplorasi diri dan kreativitas dari setiap peserta.

Proses melukis di atas totebag kanvas (dokpri)

Meskipun diselenggarakan dalam batas waktu yang tidak terlalu lama, setiap anak memiliki hasil eksplorasi dan kreativitas yang indah, mulai dari gambar berupa benda sekitar seperti rumah dan bunga hingga warna abstrak namun tetap bernilai estetika. Peserta pun diajak oleh volunteer untuk menjemur karya mereka untuk kemudian disimpan setelahnya agar dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Beberapa hasil karya lukisan yang telah dibuat (dokpri)

Kegiatan pun berakhir pada siang hari setelah hari mulai terik. Namun, sebelum resmi ditutup, panitia memberikan ice breaking berupa senam bersama untuk merelaksasikan diri. Setelahnya, terdapat pula waktu untuk istirahat dengan mengkonsumsi camilan yang disediakan. Waktu luang ini diadakan guna mengakrabkan diri antara panitia, volunteer, para peserta, para orang tua dengan anak disabilitas, serta pihak paguyuban. Keakraban ini diharapkan dapat membangun hubungan positif guna membantu penerapan terapi bermain kriya kedepannya dengan lebih efektif dan cocok dengan setiap peserta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline