Lihat ke Halaman Asli

Pelanggan Hati, Pedagang Sendal Jepit

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini masih seperti hari-hari kemarin karena biasanya aku selalu kembali melakoni semua aktifitasku sebagai seorang salesman sendal jepit. Aku senantiasa berkeliling, dari kompleks ke kompleks dari gang ke gang dengan tujuan agar sendal jualanku habis terjual.  Aku adalah seorang anak buruh pabrik sendal jepit di Kota Timur, sejak ayahku meninggal dunia, aku tak tahu harus berbuat apa karena saat itu umurku baru 16 tahun dan saat itu pula aku masih duduk di bangku SMA kela 2. Ya.. namanya juga takdir, siapapun tak akan dapat melawannya. Ia kawan takdirku adalah menjadi seorang anak yatim yang ditinggalkan oleh ayah untuk selama-lamanya. Beruntung aku masih memiliki seorang ibu yang selalu sayang padaku ibu yang selalu menjadi sprit dalam segala aktifitasku, sehingga membuat aku kuat dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Oh ia namaku Arjun, sudah kurang lebih 2 tahun aku melakkoni aktifitas ini, walaupun panas terik matahari yang membakar kulitku, tak mampu membuat aku lelah sedikitpun, malah keadaan itu mampu membuat aku lebih yakin bahwa doa dan usaha adalah bagian dari pada cara kita untuk menjadi orang yang sukses. Keyakinan itulah yang juga di tanamkan oleh ibuku padaku saat pertamakali aku diterima menjadi seorang salesman

"sendal jepit - sendal jepit .., mari bu.. mari pa.. beli sendal jepit - sendal jepit " teriakkku setiap kali melewati lorong-lolong itu.

Kemudian dari ujung lorong itu, aku mendengar suara yang sangat indah sekali, kedengarannya itu adalah suara seorang wanita.

" mass.. coba liat sendal jepitnya,,, apa ada sendal jepit buat aku.." kata wanita it

" ada banyak mbak.. tinggal pilih saja, " kataku dengan senyuman yang khas

Aku akhirnya singgaah di tempat wanita itu, lalu kuperlihatkan semua sendal jepit jualanku. Humm.. saat aku melihat wanita itu, tak tahu kenapa hatiku sangat senang sekali ketika berbicara dengannnya. Parasnya yang anggun serta senyumnya yang manaispun mampu menghipnotis aku. Sungguh kawan aku sangat menyukai wanita itu. Akhirnya akupun memberanikan diri untuk mengenal siapa namanya.

"Mbak namanya siapa?" tanyaku

"Namaku, Khaerani biasa di panggil Rani," jawabnya

"Kenalkan aku Arjun," sambil menjulurkan tangaku

Akhirnya, mulai hari itu kami berkenalan dan berkomunikasi dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline