Halo, sobat Kompasiana!
Saudaraku, betapa mahalnya kesehatan itu. Tubuh yang sehat adalah karunia Tuhan untuk tidak disia-siakan. Menjaga tubuh tetap sehat merupakan salah satu wujud rasa bersyukur atas karunia-Nya telah diberikan, sehat merupakan kenikmatan yang tiada tara. Saat sehat, betapa kita sangat beruntung bisa melakukan aktivitas yang lain. Terkadang kita lupa bahwa menjaga tubuh tetap sehat adalah salah satu bentuk ibadah kepada-Nya karena tubuh adalah titipan yang perlu dijaga dan dirawat sebagaimana sesuatu titipan, maka tidak boleh abai pada kesehatan diri.
Mari saya ajak untuk mengenal lebih dalam TB Paru atau TBC.
TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru sehingga sering disebut TB Paru. Penularannya sangat mudah, bisa melalui droplet atau bahkan embusan napas yang terbawa oleh udara dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. Pada tahun 2020 sebanyak 1,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit tuberklosis. TB Paru merupakan penyebab kematian terbesar ke 13 di dunia dan penyakit menular terbesar kedua terbesar setelah COVID-19.
1. Temuan Kasus TBC di Indonesia
Berdasarkan infografis dari kanal akun instagram Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) @kemenkes_ri, temuan kasus TBC di Inonesia sejak 4 tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sejak tahun 2020 sekitar 400 ribu kasus temuan TBC berturut-turut mengalami kenaikan 443 ribu kasus pada tahun 2021, sebanyak 724 ribu pada tahun 2022, dan 821 ribu pada tahun 2023. Bahkan, data temuan kasus TB paru terbaru sampai bulan Oktober 2024, terdata 692 ribu kasus dan akan terus meningkat sampai akhir tahun yang sama. Hingga diperkirakan pada tahun depan, angka temuan tersebut dapat mencapai 1 juta kasus TBC yang ditemukan.
Terdengat sangat mengerikan, ya, Sob?
2. Media Penularan Bakteri
Penularannya sangat mudah, hanya melalui udara dan kontak dengan penderita. Bakteri Mycobaterium tuberculosis dapat tertular melalui droplet dahak dari penderita yang terinfeksi ketika sedang berbicara, batuk, atau bersin.
3. Golongan yang Berisiko Tinggi
- Pengidap HIV. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penderita HIV/AIDS dapat 18 kali lipat lebih mungkin tertular TB aktif.
- Kekurangan gizi. Orang yang mengalami ganguan kekurangan gizi 3 kali lebih berisiko tertular TB paru.
- Penggunan alkohol. Ini berisiko 3,3 kali lipat lebih mungkin atau berisiko tertular TB paru.