Lihat ke Halaman Asli

Vokusisi Antonius Harefa

Ketua Umum Gerakan Muda Ono Niha (GEMONI) / Founder of https://madilog.id/

Pemilih Rasional, Memilih dengan "Nilai"

Diperbarui: 11 April 2019   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu 2019 merupakan momentum terpenting bagi seluruh Rakyat Indonesia karena pada saat itu nasib Bangsa ditentukan menuju 5 tahun yang akan datang. Bahkan sesungguhnya bukan hanya urusan 5 tahun saja, tetapi lebih penting adalah meletakkan pondasi Kepemimpinan Nasional Indonesia Raya yang akan mengarahkan Bangsa ini bertahun-tahun menuju era Revolusi Industri. 

Segala sesuatu kebijakan yang dibuat oleh para "Pemenang" di DPR, DPD sampai pada Presiden akan menentukan nasib Bangsa ini apakah semakin maju, berdaya-saing atau bahkan menuju pada kemunduran. Kemunduran dalam hal ini mungkin saja terjadi bila yang terpilih merupakan Pimpinan yang tidak bertanggung jawab kepada Bangsa dan Negara serta Wilayah yang diwakilinya.

Sebagai pemilih, kita juga tidak terlepas dari rasa tanggungjawab sosial dan moral pada saat memasuki tempat pemungutan suara. Tanggung jawab moral yang dimaksud adalah adanya kesadaran tertinggi terhadap tujuan akhir Pemilihan Umum. 

Menentukan pilihan berarti sudah paham dan sadar betul bahwa yang dipilih adalah mereka yang terbaik dan tepat. Kesadaran moral juga berkorelasi dengan kesadaran yang hakiki dan tidak  murahan, karena sudah melawati kajian mendalam tentang siapa yang akan dicoblos. 

Moral berarti tidak dapat terbeli dengan sekian banyak uang receh, tidak mampu ditipu oleh janji-janji yang tidak realistis dan kemampuan menilai tingkat keberpihakan calon tertentu kepada Masyarakat yang diwakili.

Pada Pemilu kali ini terdapat 5 lembar kertas suara yang akan dicoblos yaitu memilih Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Secara teknis, menentukan pilihan Presiden tidak terlalu sulit karena hanya ada 2 orang calon, kalau tidak pilih yang satu, maka pilihlah calon satu lainnya. Namun berbeda dalam menentukan pilihan pada Level DPR maupun DPD karena calonnya yang banyak sekali dari lintas Partai. 

Bila kurang cermat maka bisa saja terjadi kebingungan dan akhirnya akan memilih secara liar tanpa pertimbangan.  Sebuah penelitian tentang menentukan pilihan / making decision yang dilakukan oleh Barry Schwartz, Seorang ilmuan Sosial, menyimpulkan bahwa jumlah pilihan turut memengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat keputusan

Semakin banyak pilihan, maka semakin sulit bagi kita untuk menentukan keputusan. Sebaliknya, semakin sedikit pilihan, maka semakin mudah bagi kita untuk menentukan keputusan. 

Selain banyaknya pilihan di TPS, Perbedaan  latar belakang pemilih, tingkat pendidikan, keilmuan, akses informasi, dan kemampuan analisis yang tidak merata juga mempengaruhi proses dalam menentukan pilihan. 

Oleh karena hal tersebut, salah satu himbauan KPU dalam menentukan pilihan adalah dengan mengkampanyekan hastag #KenaliCalonmu dengan melihat dan mempelajari rekam jejak tiap-tiap calon yang akan dipilih. "Data dari tiap calon yang dipilih dapat diakses melalui website infopemilu.kpu.go.id. Di situ pemilih dapat mengakses daftar riwayat hidup dan data-data lain dari tiap-tiap calon. 

Selain data primer yang disediakan KPU, pemilih masih dapat mencari informasi sekunder dari calon dari berbagai media informasi yang ada,". Bagi generasi yang terbiasa dengan digitialisasi, membuka website tersebut tentu bukan hal asing, tetapi ceritanya akan berbeda bila kelompok lansia atau kelompok awan teknologi yang diminta mengakses portal KPU tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline