Lihat ke Halaman Asli

Karena Teater, Kau dan Aku

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

20:22

"Teater adalah sebuah nyawa bagiku, yang melandasi setiap perbuatan sehari-hari. Sedikit cerita dapat kuperankan di kisah nyata. Tapi, di panggung teater aku bisa menjadi apa yang aku mau. Semustahil apapun itu, seindah apapun itu. Teater mengubah artiku."

20:43

"Aku benar-benar belajar mencintai negeriku disini. Tiap hari mau menitikkan air mata saat tahu begitu kayanya negeri ini, kawan. Kemana saja saya?"

21:01

"Tragisnya, begitu banyaknya kendaraan-kendaraan mewah di sini, anak-anak jalanan pun tak tersapa. Anak-anaknya benar-benar kecil, orang tuanya pun benar-benar tua. Dinamika kehidupan kata "cuek" sudah menjadi milik mereka?"

21:10

"Diselipan kesedihanku, masih ada juga mereka yang berda di lingkungan "dangerous" berlari ke rumah-Nya, ketika DIA memanggil. Aku tersenyum, Vo. Masih ada yang menjawab salamku dan memberiku ilmu tentang hidup dengan singkat dan jelas. Terima kasih bapak penjaga teater tanah air.  Dari teater aku belahar kehidupan, kawan. seniman-seniman gila ini begitu memahami apa yang terjadi. Sayang yang duduk di atas sana, tidak menonton, aku merasa bisa kena serangan bertubi-tubi, hati perih, dan tersinggug bukan main."

21:14

"Nyanyi lagunya SNADA

'Kuberjalan diantara gedung-gedung yang tinggi menjulang diantara kerlap kerlip cahaya lampu yang benderang, Kusaksikan tubuh kecil yang letih dipinggiran jalan, hanya beralaskan lembar koran berselimutkan malam.'"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline