Lihat ke Halaman Asli

Menggandeng KUA dan PKK, Mahasiswa UINSA Usung Program Diskusi Interaktif Dampak Pernikahan Dini untuk Remaja

Diperbarui: 24 Juli 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN Uinsa/dokpri

Pernikahan dini masih sering menjadi topik yang kontroversial dalam berbagai kalangan masyarakat indonesia.  Di era modern, fenomena ini masih terjadi di beberapa wilayah bagian Indonesia, salah satunya berada di desa yang terletak di kabupaten Probolinggo yaitu di Desa Gununggeni Kec. Banyuanyar. Pendidikan pranikah sangat diperlukan, tak hanya kepada calon pengantin, tetapi juga kepada para remaja. Hal itu untuk memantapkan mental remaja sehingga dapat mencegah pernikahan dini, perceraian, hingga stunting. 

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan menggali akan dampak pernikahan dini,  mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) melaksanakan diskusi interaktif yang ditujukan langsung kepada remaja dengan tujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai dampak dari pernikahan dini serta langkah-langkah pencegahannya.  

Acara ini dihadiri oleh 24 peserta dari SMPI Raudlatul Ulum beserta para guru yang mengajar di sekolah tersebut. Selama acara berlangsung, peserta aktif terlibat dalam diskusi dan menyatakan kesediaan untuk mendukung program-program pencegahan pernikahan dini di lingkungan mereka. Tidak sedikit juga beberapa dari mereka menanyakan tentang materi yang telah disampaikan kepada narasumber.

Kami mengundang Kepala KUA Kecamatan Banyuanyar sebagai narasumber yang juga menjelaskan perlindungan hukum bagi anak-anak terhadap pernikahan dini. "Undang-undang kita telah melarang pernikahan di bawah usia 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan. Sanksi yang tegas diharapkan dapat menurunkan angka pernikahan dini," tambahnya. Beliau juga menjelaskan bahwa tinggi tingkat pernikahan dini di Kecamatan Banyuanyar menempati urutan ke-6 di seluruh daerah Kabupaten Probolinggo.

[Diskusi Interaktif Bersama Remaja SMP] Mahasiswa KKn Uinsa/Dokpri

Acara ini juga menyoroti peran penting pendidikan seksual dan reproduksi yang benar sebagai upaya pencegahan pernikahan dini. Melalui diskusi yang komprehensif, diharapkan agar generasi muda sadar akan kesehatan reproduksi dan keputusan yang terbaik untuk masa depan mereka. Dalam rangka pendidikan seksual dan reproduksi, kami mengundang ketua pemateri yang juga saat berkompeten dan menjabat sebagai kader dusun ronggeng, desa Gununggeni. 

Selain itu, untuk menarik minat pada program ini, kelompok kami juga melakukan games di tengah acara edukasi. Dalam games tersebut, tentu saja memiliki sedikit hadiah sebagai bentuk apresiasi. Pokok utama dalam program ini adalah edukasi mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), dampak negatif bagi ibu dan anak dan juga mengenai aspek-aspek keagamaan didalamnya.

Dengan terlaksananya program ini, diharapkan dapat berkontribusi untuk menurunkan angka pernikahan dini di Desa Gununggeni dan sekitarnya dengan membagikan pengetahuan dan pengamalaman, serta memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline