Lihat ke Halaman Asli

Negara Papua Barat sudah Berdiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua hari lalu, tepatnya hari Senin, 17 Oktober 2011 sekitar 500 orang yang mengklaim sebagai wakil “Bangsa Papua” telah menyuarakanbahwa di Tanah Papua sudah terbentuk sebuah negara baru dan pemerintahan baru. Namanya Negara Republik Demokratik Papua Barat.Mimpi yang sudah lamadiperjuangkan oleh para tokoh Papua Merdeka (OPM) ini tercetus dalam sebuah kongres yang mereka namakan Kongres Rakyat Papua-III (KRP-III).

Kongres yang digagas oleh Papua Otoritas Nasional Papua Barat (West Papua National Autority/WPNA) itu sekaligus merekomendasikan Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Forkorus Yaboisembut sebagai Presiden Republik Demokratik Papua Barat dan Edison Waromi (Presiden WPNA)  sebagai Perdana Menteri. http://regional.kompas.com/read/2011/10/17/20344378/WPNA.Rekomendasikan.Forkorus.Yaboisembut.Jadi.Presiden

Mereka seakan tak peduli bahwa di Jakarta, Presiden RI tengah sibuk merombak kabinet serta membenahi sejumlah kebijakan termasuk kebijakan untuk menata Tanah Papua agar lebih cepat maju dari ketertinggalannya. Dengan enteng, sang Presiden pertama Papua Barat Forkorus Yaboisembut mengatakan meskipun rakyatnya berjuang tentang hak-hak dasar mereka, termasuk hak politik, namun mereka tetap menghargai Pemerintah Indonesia.

[caption id="attachment_137825" align="alignleft" width="231" caption="Forkorus Yaboisembut"][/caption] “Bangsa Papua tidak berjuang untuk merusak atau menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami berjuang untuk menegakkan hak-hak dasar kami, termasuk hak politik, termasuk hak merdeka sebagai suatu bangsa”, ujar sang Presiden.

Mereka juga seakan tak peduli bahwa di Timika ada 12 ribu jiwa karyawan PT Freeport beserta keluarga mereka yang tinggal di Tembagapura terancam kehabisan stok pangan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya lantaranakses jalan di Mil 27 dan 28 Timika diblokir warga. Mereka justru menyerukan agar Freeport ditutup.

Mungkin selama ini kita hanya memandang sebelah mata menyaksi berbagai aksi demo di berbagai kota di Papua menuntut Referendum. Kita seakan menertawakan  sekelompok pengacara asing  (ILWP) yang sering berkumpul di London dan secara intens mengadvokasi perjuangan orang papua untuk merdeka.  Mungkin juga kita menganggap  sepele, ketika bulan lalu panitia Kongres Papua-III (Selphius Bobii cs) datang ke Istana Negara mengantar sendiri undangan tertulis buat Presiden RI agar berkenan membuka Kongres tersebut.  Tetapi ketika kemerdekaan itu disuarakan, dan Kongres itu berhasil mengangkat tokoh mereka menjadi Presiden dan Perdana Menteri, kita hanya bisa tersentak.

Situasi ini membuat kita seakan menjadi bangsa penuh iba. Iba menyaksikan anak bangsa ini sudah tak satu hati lagi membangun negeri. Sebagian anak bangsa ini sibuk mencari jalannya masing-masing untuk melanggengkan kekuasaan, untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Jalan yang ditempuh antara lain melalui aksi korupsi, manuver politik kotor, bahkan melalui jalan makar untuk mendirikan Negara sendiri.

Bagi anak bangsa yang tidak punya akses kepada kekuasaan dan terhadap harta kekayaan negara, hanya bisa gigit jari sambil mendengungkan lirik lagu Ibu Pertiwi :




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline