Lihat ke Halaman Asli

Budaya Daerah Bondowoso Sebagai Harta Karun Pelestarian Budaya

Diperbarui: 8 November 2024   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bondowoso yang dikenal dengan kota pensiunan atau kota mati, nyatanya memiliki banyak sekali budaya dan sumber daya alam yang sekarang mulai jarang digemari kaum muda mudi. Salah satu sumber daya alam yang terkenal dari kota kecil tersebut adalah kopi dengan rasa yang khas dan unik, oleh karena itu kota Bondowoso dikenal dengan sebutan "Republik Kopi". Bondowoso sendiri masuk peringkat ketiga sebagai kota penghasil kopi terbesar di daerah Jawa Timur dengan total produksi sebesar 4.135 ton yang mana berasal dari 2.900 kopi jenis robusta dan 1.235 ton jenis kopi arabika. Hasil kopi yang sudah di dapatkan tentunya diolah sesuai dengan teknik SOP (Standar Operasional Prosedur), dimana melalui proses ini tentunya dapat berpengaruh besar dalam menciptakan biji dan rasa kopi terbaik di Indonesia.


Sumber daya alam dari Bondowoso yang juga terkenal dan berpengaruh besar dalam siklus ekonomi yang terjadi di Bondowoso adalah tape singkong. Tape ini membuat Bondowoso menjadi salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki julukan "Kota Tape". Keunikan yang lain juga terletak pada nama merek tape produksi pribadi, dimana rata-rata merek tape yang terkenal di Bondowoso namanya menggunakan angka, contohnya Tape Manis 32, Tape Manis 82, Tape Handayani 82 dan masih banyak lagi. Tape memang sudah menjadi ikon makanan di Bondowoso, bahkan beberapa warga sumber penghasilan utamanya dengan berjualan tape sejak puluhan tahun yang lalu. Tape ini biasanya terkenal di kota tetangga seperti Malang, Surabaya, Situbondo, Banyuwangi, Pasuruan, Bangil dan daerah sekitar.

Selanjutnya salah satu budaya yang jarang dilirik dari daerah Bondowoso adalah Tari Molong Kopi yang bercerita tentang kegiatan para petani kopi. Tari Molong Kopi sendiri diciptakan dengan tujuan untuk mengapresiasi para petani kopi atas hasil bumi yang didapatkan serta untuk mempromosikan salah satu jenis kopi dari Bondowoso yaitu kopi arabika. Biasanya tarian ini seringnya dibawakan oleh perempuan sebagai salah satu bentuk refleksi bahwa banyak perempuan yang turut berperan aktif sebagai petani kopi di Bondowoso. Kata "Molong Kopi" sendiri merupakan bahasa Madura dari memetik kopi, dimana sesuai dengan gerakan pada tarian ini yang cukup sederhana dan mudah dipelajari karena gerakannya kebanyakan seperti sedang memetik kopi dari pohonnya.


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya alam dan budaya yang mulai jarang diminati ini melalui Ekosistem Ekonomi Kreatif yang ada adalah dengan mengadakan festival budaya, dimana festival budaya ini memiliki konsep pasar tradisional dan juga pentas seni. Pentas seni ini diadakan untuk menarik perhatian pengunjung serta sebagai persembahan untuk menghibur masyarakat yang ada dengan menampilkan tari-tarian khas daerah Bondowoso seperti Tari Molong Kopi yang sudah dibahas dan juga menampilkan beberapa penampilan modern seperti mengundang band ataupun musisi ternama dengan tujuan untuk menambah peminat terhadap festival budaya itu sendiri. Sedangkan untuk pasar tradisional akan disediakan semacam booth khusus yang terbuat dari bambu serta anyamannya untuk para penjual hasil olahan sumber daya alam yang ada di Bondowoso seperi kopi dan juga tape. Makanan khas tradisional juga sudah banyak yang diolah menjadi makanan yang mengikuti trend kekinian, contohnya adalah tape bakar yang merupakan alternatif lain dari olahan tape, es krim tape yang cocok bagi anak kecil, kopi susu arabica yang cocok bagi kalangan anak muda yang tidak terlalu suka rasa kopi yang terlalu kuat karena kafeinnya yang tidak terlalu tinggi dan lain sebagainya. Alternatif hidangan yang di modernisasi ini tentunya menambah rasa penasaran masyarakat untuk membeli dan juga merasakannya.

Hal ini tentunya berdampak sangat baik bagi para pedagang makanan tradisional dan juga kebudayaan yang ada di Bondowoso. Branding yang bagus dan acara yang menarik juga dapat menjadi pengingat kepada masyarakat yang datang, khususnya kepada kaum muda mudi agar tidak lupa dengan budaya yang ada dan tetap melestarikannya. Tetapi banyak juga tantangan atau kesulitan yang akan dihadapi dalam proses diadakannya festival budaya ini, berikut beberapa tantangan yang ditemukan berupa :

1. Minat dan Dukungan dari Generasi Muda
Menarik minat generasi muda untuk ikut serta dalam pelestarian budaya tradisional seringkali menjadi tantangan. Banyak anak muda lebih tertarik pada budaya pop dan hiburan modern daripada kesenian tradisional, dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya budaya lokal juga mempengaruhi partisipasi mereka.

2. Pembiayaan dan Pendanaan
Produksi, penyewaan tempat, promosi, dan biaya penampilan artis adalah semua komponen yang sangat mahal untuk pertunjukan kesenian. Sayangnya, sejumlah pihak tidak memiliki dana yang memadai. Proses pelestarian dapat menghadapi hambatan utama jika tidak ada dukungan dari pemerintah atau pihak swasta.

3. Pengaruh Globalisasi
Globalisasi membuat berbagai budaya dari luar yang lebih mudah diakses, sehingga budaya lokal terpinggirkan. Budaya populer dari luar sering dianggap lebih menarik dan modern, membuat budaya tradisional sulit bersaing untuk mendapatkan perhatian masyarakat, terutama generasi muda.

4. Kurangnya Seniman dan Generasi Penerus
Beberapa seni tradisional membutuhkan keterampilan khusus yang hanya dapat dipelajari secara turun-temurun. Namun, jumlah seniman yang menguasai keterampilan ini semakin berkurang, dan generasi berikutnya tidak tertarik untuk mempelajarinya karena dianggap tidak menghasilkan keuntungan finansial.

5. Perubahan Nilai Sosial dan Gaya Hidup
Masyarakat memiliki nilai-nilai yang terus berkembang dan berubah seiring waktu. Beberapa komponen budaya tradisional mungkin dianggap tidak relevan atau tidak sesuai dengan gaya hidup modern, membuatnya tidak lagi menarik bagi banyak orang. Akibatnya, daya tarik untuk mempertahankannya semakin berkurang.

Pemerintah, komunitas budaya, dan masyarakat umum harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Edukasi, dana, promosi, dan integrasi budaya lokal dengan elemen modern dapat meningkatkan minat dan pemahaman masyarakat terhadap budaya tradisional. Keuntungan juga akan datang bukan hanya untuk masyarakat tetapi pemerintah kabupaten tentunya juga akan terkena dampak baik dari kegiatan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline