Lihat ke Halaman Asli

Vivi Vivi

Full time working single Mom.

Bersyukur dengan yang kita miliki sekarang, NOT others

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asslm.Wr.Wb, salam sejahtera untuk kita semua,

Judul di atas aku pilih karena sebagian besar dari kita termasuk diriku mempunyai rasa ingin memiliki lebih dari yang kita miliki.  Kadang aku merasa bahwa Allah memberiku cobaan untuk mengingatkan aku supaya lebih bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini, semua adalah titipan Allah, DIA bisa mengambil milikNYA kapan saja.

Aku hanya manusia biasa, kadang punya rasa ingin, malah iri dengan keadaan di sekitar kita, yang kaya tambah kaya, tapi kalau melihat ke bawah, yang hidup di bawah garis kemiskinan juga tidak kalah banyak.  My boy sekolah di SDN di Jakarta Selatan, hampir 50% orang tua murid, ayah dan ibu bekerja, 30% dari mereka pekerja wanita, di sektor  non-formal.  Ada yang bekerja sebagai penyapu jalan dengan menggunakan seragam orange, beberapa orang berjualan di pasar, bekerja sebagai asisten Rumah Tangga,buruh cuci, penjaga toko, tukang pijat, dan sebagainya.  Pekerjaan mulia yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan bayaran di bawah UMR, selesai bekerja, mereka masih harus mengurus rumah tangga, membantu mengerjakan PR, memasak, memandikan anak, dan masih banyak tugas lain yang harus dikerjakan.  Dengan pendapatan yang mereka peroleh, harian/mingguan/bulanan, tidaklah cukup untuk hidup di kota Jakarta. Belum lagi benefit/keuntungan yang diperoleh, seperti asuransi, jaminan pensiun, sama sekali tidak ada.

Suatu saat, saya mengajukan untuk outing kelas ke KidsZania, saat itu ada diskon untuk grup 30 orang.  Beberapa ibu menyatakan keinginan mereka setelah melihat brosur, sebagian besar lain nya mengeluhkan betapa mahalnya tiket untuk masuk.  Akhirnya kami sepakati untuk membuat sistem tabungan selama 1 tahun supaya semua anak bisa ikut. Jangankan untuk outing, untuk membayar uang kas kelas sebesar Rp 1,000 setiap minggu total Rp 4,000 per bulan saja, banyak yang komplen.  Katanya biaya sekolah SDN gratis, kenapa masih ada permintaan uang kas? Duh, hari gini, uang Rp 4,000 saja di ributin, tetapi dari sisi mereka, uang Rp 4,000 bernilai banyak sekali.  Sedangkan dari sisi kas, uang ini dipergunakan untuk membeli alat tulis kelas, sapu/pel, P3K, fotocopy ulangan, uang duka, untuk membeli kue/minuman pada saat classmiting, intinya uang ini untuk kebaikan kelas. Membayangkan aku tiap makan siang keluar uang minimal 15 Ribu s/d 50 Ribu, dibandingan dengan uang Rp 4,000 berasa riya.

Beberapa kali, ibu-ibu di sekolah my boy meminta baju bekas/tas/sepatu bekas milik my boy.  Biasanya akhir semester, aku meminta kepada teman-teman aku, untuk mengumpulkan barang bekas mereka untuk teman-teman my boy, sangat menyenangkan melihat barang-barang yang sudah tidak kita pakai, berharga dan mempunyai umur yang panjang karena dipakai oleh orang lain.  Kejadian di atas bukan karangan aku belaka dan terjadi di kota Jakarta.  Kadang ingin membantu lebih, tapi kalau hanya 1 orang saja, hasilnya tidaklah significant, tapi daripada tidak sama sekali.  Setiap hari aku berjumpa dengan mereka di sekolah, setiap kali pula aku mengucapkan syukur dengan keadaan ku yang walaupun masih morat marit tetapi aku mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji yang sangat cukup, Allah meminjamkan kendaraan juga rumah untuk kami berteduh, makanan dan minuman yang bisa aku konsumsi setiap hari, perjalanan dinas dan wisata yang kami lakukan, yang mungkin untuk sebagian orang hanya sebatas angan.

Kalau melihat ke atas, bisa dipastikan perasaan iri akan muncul.  Saya punya seorang teman yang wisata keluar negeri hampir 3x dalam setahun, beliau keluar masuk butik bermerek dan membeli tas dengan harga juta-jutaan dengan warna yang berbeda pada hari yang sama.  Waduh kalau uang tersebut di donasikan ke teman-teman pekerja wanita ku, untuk dibelikan asuransi kematian/kesehatan, InshaAllah mereka bisa hidup lebih tenang.  Ada anak murid yang terkena DB, orang tuanya tidak mampu untuk membawa ke rumah sakit, akhirnya meninggal dunia.  Betapa hidup di ibukota memerlukan biaya yang besar.

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, not others people have.  Melihat ke bawah jauh lebih baik dari melihat ke atas.  Jadikan mereka ladang amal kita, walaupun sedikit, sisihkan untuk membantu saudara kita yang kekurangan, InshaAllah sudah dicatat dan Allah yang akan mengganti rejeki kita berlipat-lipat.

Doakan ya, aku sedang mengajukan proposal untuk women empowerment, mudah-mudahan bisa tembus.  Kalau membantu dari kantong aku, tidak akan cukup untuk membantu pekerja wanita, tidak usah jauh-jauh, di sekitar kita pasti banyak yang memerlukan uluran tangan kita. Tidak perlu selalu dalam betuk uang, tetapi ilmu yang bermanfaat pasti berguna untuk mereka.  Bila Anda mempunyai keahlian untuk memasak, ajarkan asisten Rumah tangga/PRT untuk memasak dengan cara yang benar, pada suatu saat, mereka tidak lagi bekerja sebagai PRT, mereka bisa buka warung makan di daerah mereka.  Ajarkan mereka cara blow-dry rambut Anda, selain menghemat ongkos salon, ini bisa jadi keahlian mereka di masa datang.  Ajarkan supir untuk melakukan perbankan atau mengetik surat untuk Anda, kalau dia kembali ke kampung bisa jadi petugas kelurahan. Satu Orang Satu, ajak 1 orang untuk maju dan bagi ilmu Anda dengan mereka, ilmu yang bermanfaat di bawa mati.

Wasslm.Wr.Wb Vivivivi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline