Rumah Moderasi Beragama (RMB) merupakan salah satu gagasan yang dianggap sebagai solusi menyelesaikan persoalan konflik terkait isu agama. RMB kini banyak bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, didirikan di berbagai Kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sebagai terobosan untuk mewujudkan kerukunan beragama.
Beberapa PTKIN yang sudah memiliki Rumah Moderasi Beragama di antaranya UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Ar-Raniry, IAIN Lhokseumawe, IAIN Takengon, STAIN Meulaboh, STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau, dan sebagainya. Selain itu PTN seperti Universitas Brawijaya (UB) melalui UPT. Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT. PKM) juga sudah meluncurkan "Griya Moderasi Beragama".
Pembangunan Rumah Moderasi Beragama sebagai pusat pengaturan ide Islam moderat perlu mendapatkan perhatian dari umat Islam. Umat harus melihat apa di balik proyek pembangunan Rumah Moderasi Beragama ini? Benarkah pembangunan ini akan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa? Atau justru menjauhkan umat dari ajaran Islam itu sendiri?
Proyek Global
Umat harus mengetahui bahwa proyek pembangunan RMB ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari agenda global negara adidaya atas rekomendasi RAND Corporation. Proyek ini merupakan kelanjutan proyek war on terrorism yang sebenarnya justru menyerang Islam dan pengembannya.
Pendirian Rumah Moderasi Beragama merupakan implementasi dari surat edaran yang dikeluarkan Direktur Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) nomor B3663.1/Dj.I/BA.02/10/2019. Dalam surat edaran tersebut meminta kepada seluruh Rektor/Ketua PTKIN untuk mendirikan dan menyelenggarakan Rumah Moderasi Beragama di kampus masing-masing.
Rumah Moderasi Beragama dianggap sebagai garda terdepan dalam penguatan moderasi beragama di perguruan tinggi keagamaan (PTKI). Rumah ini berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan gagasan moderasi beragama, melakukan edukasi, memberikan pendampingan, mengadukan masalah, menguatkan wacana dan gerakan moderasi beragama di lingkungan kampus PTKIN.
Pengarusan Islam moderat ini menjadi agenda jangka panjang yang dirancang untuk seluruh negeri-negeri Islam. Mereka begitu getol menghembuskan ide Islam moderat sebagai Islam tengah yang damai, tidak radikal dan tidak liberal.
Barat dapat membaca bahwa negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia, mempunyai potensi yang besar untuk kebangkitan Islam sekaligus ancaman bagi hegemoni kapitalis di dunia. Karenanya, penjajah barat berusaha agar potensi pemuda Islam bisa mereka bajak.
Mereka mempunyai kepentingan besar di balik proyek moderasi ini, yakni agar sistem Kapitalisme neoliberal tetap bercokol di negeri-negeri Islam. Sebab, dengan sistem ini mereka dengan mudah melakukan praktik penjajahan dan perampokan sumber-sumber kekayaan alam dengan mudah, lancar, bahkan legal.