Lihat ke Halaman Asli

Vivin Asniyah Akasa

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga NIM 102111133083 / IKM 3C

Mengenal Social Engineering Attack: Teknik Manipulasi dalam Media Sosial

Diperbarui: 6 Juni 2022   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewasa ini, kemajuan teknologi berkembang secara cepat. Adanya inovasi-inovasi yang terus dikembangkan tak dipungkiri dapat memudahkan pekerjaan manusia. Salah satunya adalah kehadiran media sosial, suatu teknologi modern yang dapat menghubungkan manusia yang satu dengan manusia lain tanpa batas jarak, ruang, dan waktu. 

Komunikasi dapat terjadi di mana saja serta kapan saja tanpa harus bertatap muka. Hal ini tentu sangat efektif dan efisien, mengingat proses di dalamnya yang terjadi begitu cepat dapat meringankan aktivitas sehari-hari.

Namun, di samping kelebihan juga terdapat kekurangan. Kemudahan dalam mengakses informasi dapat dijadikan celah bagi penjahat untuk melancarkan aksi kriminalitas. Salah satunya adalah fenomena social engineering attack. Social engineering atau rekayasa sosial merupakan trik manipulasi yang dilakukan seseorang dengan tujuan memperoleh informasi pribadi yang bersifat rahasia. 

Informasi penting seperti nama, alamat, tanggal lahir, bahkan data biometrik dapat disalahgunakan pelaku untuk mendapatkan keuntungan, seperti penipuan, pemerasan, pencurian data pengguna, dan lain sebagainya.

Tanpa disadari, fenomena social engineering ini kerap kali kita temukan di media sosial. Contoh yang paling sering dijumpai adalah adanya pesan dari pengirim tak dikenal yang mengaku sebagai kerabat atau teman kita. Modus yang dilakukan adalah dengan berpura-pura meminjam uang atau bahkan berbohong menjadi pihak berwenang dengan tujuan memanipulasi korban.

Kasus semacam itu pernah terjadi pada media sosial Instagram. Dita, dalam cuitannya di akun Twitter @ditamoechtar_ bercerita bahwa temannya telah mengalami penipuan. Kronologinya adalah pelaku meminta transfer uang melalui telepon.

"Yg bikin temen sy percaya, si penipu manggil dia 'pim'. 'Pim' adlh panggilan kecil tmn sy, yg hanya org deket yg tau," tulis Dita dalam cuitannya (23/11/21). Kemudian, Dita melanjutkan bahwa temannya tersebut pernah mengikuti tren pada fitur baru di Instagram pada saat itu.

Fitur yang dimaksud adalah fitur stiker Add Yours atau Balasan Anda, dimana pengguna dapat membuat story mengenai tema tertentu, kemudian dapat diteruskan oleh pengguna lain dengan menggunakan stiker yang sama.  Sehingga, dapat membentuk rantai konten yang panjang.

Dalam kasus teman Dita, stiker yang digunakan adalah "variasi panggilan nama kamu". Teman Dita atau "Pim" ini termasuk orang yang menggunakan stiker tersebut. Sayangnya, seseorang memanfaatkan kesempatan itu untuk mengelabui "Pim" dengan tujuan memperoleh keuntungannya sendiri.

 "Tergantung orangnya sih, lagian dipanggil pake nama kecil langsung percaya kalo itu orang deket," balas akun Twitter @jarangsarapan (23/11/21). "Orang kalo teledor + ga was was jangan nyalahin trend," pungkasnya.

Hal tersebut disetujui oleh akun Twitter @unsaidsideofme, yang mengatakan bahwa seharusnya pengguna dapat lebih skeptis lagi sebelum percaya. "Moral of the story-nya jangan gampang nyebar data pribadi di sosmed (media sosial). Kan siapa tau ada juga modus penipuan di luar (yang) telp minta2 trf (transfer)," tulisnya pada 23/11/21.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline