Lihat ke Halaman Asli

Aku Kamu Menjadi Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

AKU KAMU MENJADI KITA

Termenung dalam hariku, mengisyaratkan kebimbangan hati yang dalam. Ketika hati telah memilih dan ketika hati tak berdaya.Aku, Misca siswa kelas 2 SMA. Wajarlah bila aku mengagumi sosok pria idaman.

Aku tak mengenalnya, siapa dia, tak pernah aku peduli.Awalnya aku hanya mencari sensasi sebagai penyemangat sekolahku.Tak pernah ku mencari kabar berita tentangnya.Namun hati berkata lain.Semakin lama hatiku semakin besar untuknya.Tak jarang aku bertemu dengannnya walau hanya berpapasan, tapi itu menggetarkan hatiku membuatku mati gaya saat itu juga dan gugup ditempat tak dapat melakukan apapun seakan tak mau melewatkan satu detikpun untuk melihatnya.

Setiap kegiatannya tak pernah ku lewatkan tuk melihatnya. Selalu ku berusaha tuk tau apa yang sedang ia lakukan, apa yang sedang ia sukai dan semua tentangnya. Tak mau ku lewatkan saat – saat ku bisa satu tempat dengannya. Walau hanya sebentar tak pernah ku hilangkan cerita indah bersamamu.

Pria itu tinggi, putih, berkarakter dewasa dan hidungnya yang sangat mancung menambah kesan dan ciri khas tersendiri untuk ku mengagumi sosoknya.Rachel adalah namanya.Aku merasakan sesuatu.Sesuatu yang mendorongku untuk selalu mencari tahu tentang Rachel.Kucari berita tentangnya, mulai dari teman dekatku,teman dari kelas-kelas lain,kakak kelas yang aku kenal, hingga salah satu siswa yang satu kelas dengan Rachel.Tidak hanya dari teman, aku mencari kabar berita tentang Rachel melalui sosial media mulai dari Yahoo Mail, Gmail, Facebook, Twitter, Tagged hingga akupun tahu nama akun Skype miliknya.

Aku membuka akun Rachel Mananta di Facebook.Tak lupa aku meninggalkan satu jempol di akun Facebooknya.Hampir setiap hari aku membukanya dan selalu meninggalkan jempol di status-statusnya.Hingga suatu hari Rachel mengirim pesan “Terimakasih atas jempolnya J “, Itulah pesan pertamanya.Aku membalas pesan darinya dengan bahagia.

Sejak saat itu kami mulai saling mengenal satu sama lain.Berbagai topik tak lepas dari perbincangan kami, pesan kami selalu bersambung untuk hari esok, esok, dan esok.Kamipun tak pernah lepas kontak di sosial media, tak satu pesanpun terlewatkan darinya.Hingga hati merasa ada yang lain, merasa kehilangan jika tak bertemu, merasa jenuh jika tidak mendapat pesan darinya.

Seiring dengan berjalannya waktu, hari demi hari berlalu.Rachel yang terkesan cuek dengan sifatnya  ternyata merasakan hal yang sama denganku.Sebenarnya Rachel juga memiliki perasaan yang lebih semenjak aku sering meninggalkan jempol di status-statusnya.Namun Rachel tak menganggap hatinya.Tak berani menunjukkan perasaannya karena tak mungkin aku memilihnya sebagai pasangannya pikirnya, gelisah menyelimuti tak hilang dari hatinya.

Beberapa hari ini tak ada pesan dari Rachel, aku terus menunggunya.Pada saat itu aku tidak tahu bahwa Rachel memiliki perasaan yang sama seperti perasaanku terhadapnya.Aku yang tak tahu apa-apa akan sesuatu yang terjadi pada Rachel sehingga ia serasa menjauh dariku.Putus asa karena merasa bahwa perasaanku salah terhadapnya.”Sudahlah, mungkin Rachel sudah bosan denganku”, kataku dalam hati.

Sejak saat itu kita putus kontak, tak ada lagi jempol yang tertinggal dan tak ada lagi pesannya yang ditinggalkan untukku.Begitu juga sebaliknya dengan aku terhadapnya.Malas rasanya untuk berangkat ke sekolah karena besok ruanganku bersebelahan dengan ruangannya.Aku tak mau bertemu dengannya karena itu hanya membuat rindu yang semakin dalam karena sudah lama tak bertemu sejak senin kemarin.

Tepat pukul 10.00WIB waktu istirahat pertama telah tiba, aku menuju ke perpustakaan untuk mengembalikan pinjaman buku minggu lalu.Dan saat keluar kelas “Gubrak !!”, buku yang berada di tanganku jatuh karena tertabrak Rachel dan teman-temannya yang terburu-buru akan pergi ke kantin.”Maaf”, ucap Rachel sambil berlari. Kesal hatiku mendengarnya.

Diwaktu lain Rachel telah menyiapkan semuanya menata hatinya untuk mengungkapkan cinta padaku.Dikantin Rachel membuka laptopnya dan mengirim pesan padaku “Misca, maaf beberapa hari lalu aku tak meningggalkan pesan untukmu, untuk itu aku ingin bertemu denganmu sepulang sekolah ditaman sebelah ruang 4.Aku tunggu”.

Sepulang sekolah Rachel langsung menuju taman menunggu kedatangan misca.Beberapa menit kemudian misca datang.Rachel memanggil Misca dan mengajak duduk bersama di kursi taman  “Apa kabar ?”, tanya Rachel membuka percakapan.”Baik”, jawabku.”Apa kamu tidak merasakan sesuatu”, tanya Rachelkemudian.”rasa apa?”, tanyaku. “Sebenarnya....”, Rachel diam tak bisa melanjutkan kata-katanya.Aku memandang wajahnya aneh,Rachel melanjutkan kembali kata-katanya “sebenarnya....Aku memiliki perasaan lain terhadapmu, aku menyayangimu”.Misca tercengang tak menyangka bahwa pria idamanku ternyata menyimpan hati padaku.Dengan terbata-bata aku menjawab “A..a..ku juga me..nya..ya..ngi...mu Rachel “, Kita saling menunduk malu.Ternyata tak sia-sia pengorbananku selama ini.

Tak pernah ku menyangka bahwa Rachel juga menyimpan hati padaku. Hatiku riang tak terkira . Ini lah hari yang sangat ku nantikan yang tadinya hanya angan – anganku saja namun kini menjadi nyata. Akhirnya kami pulang bersama dengan hati yang tenang. Sebuah angan yang terjadi nyata.Pengorbananku selama ini tak sia - sia terbayarkan dengan ungkapan perasaan Rachel kepadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline