[caption id="attachment_184739" align="aligncenter" width="614" caption="Ibu Tia Penjual Kue Rangin"][/caption] Perkenalkan, ini namanya Ibu Tia, penjual kue serabi rangin favorit saya. Sore hari ketika kejenuhan di kantor sudah mencapai puncak, saya sering berjalan-jalan sebentar di sekeliling kantor dan tidak jarang mampir untuk ngobrol dengan Ibu Tia ini. Yang membuat saya penasaran adalah : penjual surabi rangin kok perempuan? Biasanya penjual kue ini adalah bapak-bapak.. Saya sering membelinya ketika bersepeda di sekitar alun-alun kota. Ibu Tia juga terlihat menarik dengan topinya yang lebar dan senyumnya yang ramah [caption id="attachment_184735" align="aligncenter" width="350" caption="Penjual Surabi Rangin pada umumnya, foto milik http://dianayamazaki.wordpress.com"]
[/caption] "Saya ini modalnya cuman nekat, mbak," ceritanya. Waktu itu suaminya terkena PHK, sementara mereka punya tiga orang anak yang harus dibiayai. "Bapaknya anak-anak malu berjualan di pinggir jalan begini, akhirnya saya mengalah, saya yang berjualan, Bapaknya di rumah" Kue Surabi rangin ini adalah makanan murah meriah yang terdiri dari tepung terigu, tepung ketan, dan parutan kelapa. Sepotong berharga seribu rupiah. Pertama berjualan Ibu Tia hanya punya uang untuk membawa setengah kilogram tepung. Jualannya pun di emperan sebuah ruko kosong. Untungnya lokasinya strategis, karena berdekatan dengan sebuah supermarket, sehingga banyak orang lalu lalang... Empat tahun berjualan, Ia pun digusur sana sini, ruko kosong itu pun laku dan dibuka sebuah toko roti, sehingga harus bergeser di ruko kosong lainnya. Tidak lama ruko kedua ini dibuka sebuah tempat karaoke keluarga.. pindah lagi... sampai akhirnya tidak ada ruko kosong lagi.. Saat ini lokasi berjualannya adalah space yang ga sampe satu meter, antara sebuah ATM dan tempat karaoke, sebelum di geser lagi tentunya.... Meskipun belum terlalu banyak, saat ini ia sudah membawa bahan sebanyak dua kilogram, dengan omzet sekitar Rp. 200.000-Rp. 300.000 per hari. Ia menjual surabi rangin tidak lagi perbuah, namun sepaket hehe... satu paket Rp. 5.000 isi 4 lembar kue serabi dengan bonus taburan gula bubuk.. [caption id="attachment_184742" align="aligncenter" width="614" caption="Surabi Rangin Setengah Matang"]
[/caption] [caption id="attachment_184743" align="aligncenter" width="614" caption="Serabi Rangin harus dibalik biar matang sempurna"]
[/caption] [caption id="attachment_184745" align="aligncenter" width="614" caption="Serabi Rangin Pesenan saya..."]
[/caption] Rombong (gerobak) tempat berjualannya pun tidak lagi seperti penjual kue rangin kebanyakan, namun di modifikasi sendiridengan menggunakan kompor gas untuk memasak, dan tanpa pikulan. Sehingga kesannya begitu bersih dan rapi. Kue Serabi Rangin yang selama ini dianggap jajanan "pinggiran" seakan "naik kelas di tangan Bu Tia. Setiap sore suaminya menjemput dan membawakan rombongnya pulang ke rumah. Dan yang menarik, suaminya sekarang tak lagi malu berjualan serabi rangin di tempat lain.
"Tidak masalah tidak bekerja di kantor, yang penting rejeki tetap lancar dan halal"
Belakangan kami sering ngobrol tentang keluarga, kedua anaknya akhirnya sudah lulus SMA dan sudah bekerja, sedangkan yang terakhir, masuk SMA tahun ini, Ibu Tia bahkan memberikan saya informasi tentang pendaftaran online dan rayon-rayon untuk pendaftaran SMA Negeri tahun ini (padahal saya belum sempet cari informasi itu). Cita-citanya cuman satu : "Saya ingin anak saya lulus sekolah dan segera mandiri, sehingga tugas saya sebagai orang tua terasa sudah lengkap." Obrolan kami terhenti ketika serabi rangin yang saya pesan sudah matang.. dan saya mengayunkan langkah meninggalkan Ibu Tia dengan segudang kekaguman di dalam hati... Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H