BOYOLALI- UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, Saya melihat UMKM tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Namun, di balik kontribusinya yang besar, UMKM menghadapi tantangan yang besar dalam mengelola biaya untuk meningkatkan profitabilitas. Lalu bagaimana UMKM bisa tetap bertahan di tengah dinamika pasar? Salah satu jawabannya dengan menerapkan akuntansi manajemen, yaitu strategi yang mampu membantu pelaku usaha membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas.
Saya ambil contoh UMKM Keripik Lele Ibu Wien yang pernah saya kunjungi. UMKM Keripik Lele Ibu Wien beralamat di Kampung Lele Dukuh Mangkubumen Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit, Boyolali. Usaha ini menggunakan akuntansi manajemen dengan metode keputusan taktis untuk menilai apakah pesanan khusus dengan harga lebih rendah dari normal layak diterima atau sebaiknya ditolak. Dilema ini sering terjadi di banyak UMKM, menerima pesanan berarti memanfaatkan kapasitas produksi yang menganggur, tapi dengan margin keuntungan yang tipis, apakah itu langkah yang bijak? Saya yakin di sinilah pemahaman tentang biaya relevan memainkan peran yang sangat penting.
Bagi Saya biaya relevan sendiri adalah elemen kunci yang perlu dipahami oleh UMKM. Biaya ini meliputi elemen yang langsung terpengaruh oleh keputusan, seperti bahan baku atau tenaga kerja. Sementara itu, biaya tetap, seperti depresiasi alat, tidak relevan untuk keputusan jangka pendek. Analisis biaya relevan ini, membantu UMKM melihat apakah pesanan khusus memberikan kontribusi yang cukup untuk menutupi biaya variabel. Jika tidak, pesanan khusus tersebut justru berpotensi menurunkan profitabilitas.
Contoh dari hasil perhitungan dengan metode keputusan taktis, dalam satu pesanan khusus untuk 135 pcs keripik lele dengan harga Rp 11.000/pcs, pendapatan yang diperoleh mencapai Rp 1.485.000. Namun, biaya variabel total mencapai Rp 1.192.092, menyisakan margin kontribusi Rp 292.908 saja. Sementara laba per unit untuk pesanan khusus tersebut adalah Rp 594,49, jauh lebih rendah dibandingkan laba per unit produksi normal sebesar Rp 4.472,14. Berdasarkan analisis tersebut, UMKM Keripik Lele Ibu Wien memilih untuk menolak pesanan khusus tersebut karena tidak menguntungkan secara keseluruhan, meskipun kapasitas produksi mereka tidak sepenuhnya digunakan.
Dalam pandangan Saya, strategi pengelolaan biaya adalah kunci keberhasilan dalam berwirausaha. UMKM perlu menetapkan harga minimum untuk pesanan khusus yang mencakup biaya variabel sekaligus memastikan keuntungan. Selain itu, Saya melihat bahwa efisiensi produksi bisa ditingkatkan dengan mencari bahan baku yang lebih ekonomis tanpa mengurangi kualitas atau menyederhanakan proses kerja. Dengan memasuki pasar baru, UMKM dapat memanfaatkan kapasitas produksi yang menganggur tanpa harus bergantung pada pesanan dengan keuntungan yang rendah.
Selain memahami biaya relevan, UMKM juga perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan. Menerima pesanan khusus dengan harga rendah berulang kali dapat menciptakan ekspektasi pasar yang tidak sehat, di mana pelanggan terus menekan harga untuk pesanan. Akibatnya, UMKM bisa kehilangan daya saing di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi UMKM untuk tetap konsisten dengan strategi harga yang tidak hanya kompetitif tetapi juga mendukung keberlanjutan usahanya.
Di sisi lain, UMKM bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi manajemen keuangan. Sistem pencatatan yang modern dan terintegrasi akan memudahkan pengusaha dalam menganalisis tren biaya, memantau margin keuntungan, dan merancang strategi berbasis data. Dengan investasi kecil di bidang teknologi, UMKM tidak hanya mampu bersaing secara lokal tetapi juga membuka peluang besar di pasar yang lebih luas.
UMKM juga dapat mempertimbangkan kolaborasi dengan mitra usaha lain. Misalnya, dengan membangun kerja sama dengan produsen bahan baku lokal atau pemasok logistik untuk menekan biaya operasional. Dengan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi melalui jaringan usaha, UMKM dapat menurunkan biaya variabel sekaligus membuka peluang pasar yang lebih luas. Kolaborasi ini juga menjadi langkah strategis untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, terutama di era pasar bebas yang menuntut efisiensi yang tinggi.
Selain itu, penting bagi UMKM untuk terus berinovasi dalam strategi pemasaran. Diversifikasi produk atau pendekatan kreatif dalam branding dapat membantu UMKM menarik perhatian pasar yang lebih luas tanpa mengurangi efisiensi biaya. UMKM Keripik Lele Ibu Wien, misalnya, dapat mengembangkan produk baru seperti variasi rasa keripik lele atau mengemas produk dalam ukuran yang lebih kecil untuk segmen pasar tertentu. Inovasi semacam ini memberikan nilai tambah yang dapat memperkuat posisi UMKM di pasar sekaligus meningkatkan keuntungan.