Lihat ke Halaman Asli

Vivi Anggita

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terapi Tawa sebagai Solusi Praktis dan Efektif untuk Mengurangi Stres Serta Depresi Pada Lansia

Diperbarui: 20 November 2024   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lansia, kelompok orang yang telah memasuki tahap usia tua, sering menghadapi berbagai tantangan terkait kesehatan fisik, emosional, dan sosial. Di Indonesia, lansia diartikan sebagai individu yang berusia 60 tahun ke atas, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Dengan bertambahnya usia, lansia mengalami penurunan fungsi fisik, kognitif, dan sosial, yang sering kali mengarah pada masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan kesulitan mengelola emosi.

            Data menunjukkan bahwa sekitar 20% dari populasi lansia mengalami gangguan mental emosional, dengan tingkat depresi yang tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kehilangan pasangan atau orang terdekat yang menimbulkan rasa kesepian. Banyak lansia juga mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi positif maupun negatif, yang dapat berdampak buruk pada hubungan sosial mereka. Dalam kondisi ini, dukungan sosial dan intervensi kesehatan mental menjadi sangat penting untuk membantu lansia mempertahankan kualitas hidup mereka.

            Salah satu intervensi yang semakin populer dan efektif dalam meningkatkan kesejahteraan lansia adalah terapi tawa. Terapi ini tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Efek positif dari tertawa sudah terbukti secara ilmiah, di mana tertawa dapat meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, dan meredakan stres. Selain itu, terapi tawa dapat meningkatkan produksi hormon endorfin dan serotonin yang berperan penting dalam mengurangi depresi dan meningkatkan perasaan bahagia.

            Terapi tawa sangat efektif dalam merawat lansia yang menderita demensia dan depresi, karena kemampuan mereka untuk tertawa tetap ada meskipun mengalami gangguan kognitif. Pelaksanaan terapi tawa pada lansia dapat dilakukan dengan metode yang sederhana namun efektif, seperti yang dijelaskan dalam beberapa penelitian. Terapi ini biasanya dimulai dengan mengumpulkan kelompok lansia dalam suatu ruangan yang nyaman, di mana mereka akan saling berinteraksi.

            Langkah pertama adalah membentuk lingkaran dengan peserta, di mana setiap lansia memperkenalkan diri. Setelah itu, instruktur memberikan aba-aba untuk tertawa bersama-sama, dimulai dengan suara tawa tiruan seperti "ha..ha..ha! hi..hi..hi! ho..ho..ho!" yang diulang beberapa kali. Selama sesi, para peserta diajak untuk saling melihat ekspresi satu sama lain, yang dapat memicu tawa alami. Kegiatan ini diiringi dengan musik, biasanya musik keroncong, untuk menciptakan suasana yang lebih menyenangkan. Durasi sesi terapi berkisar antara 15 hingga 20 menit dan dilakukan secara rutin, misalnya tiga kali seminggu selama 15 detik pada jam 09.00 pagi atau sesuai dengan kondisi dimana klien lansia dapat melakukanya.

            "Dari beberapa studi, terapi tawa telah terbukti membantu lansia dalam melepaskan emosi negatif dan meningkatkan kontrol emosi mereka. Ini juga membantu mereka tetap aktif dan terlibat secara sosial, yang sangat penting untuk kesejahteraan mental di usia lanjut,"

            Dengan biaya yang terjangkau dan tanpa memerlukan tempat atau persiapan khusus, terapi tawa menjadi salah satu metode yang layak dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia. Keberhasilan terapi ini menunjukkan pentingnya pendekatan kreatif dan sosial dalam mendukung kesehatan mental dan fisik di usia lanjut. Melalui cara ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih menyenangkan bagi lansia, sehingga mereka dapat menikmati hidup dengan lebih baik dan berkontribusi positif dalam komunitas mereka.

            Kesimpulannya adalah terapi tawa adalah pendekatan yang efektif dan bermanfaat bagi lansia, terutama mereka yang mengalami demensia dan depresi. Dengan memicu tawa, terapi ini dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, dan menurunkan tingkat depresi melalui peningkatan produksi endorfin dan penurunan hormon stres. Pelaksanaan terapi tawa yang sederhana, yang melibatkan interaksi sosial dan aktivitas fisik ringan, terbukti dapat memperbaiki kualitas hidup lansia. Rutinitas terapi tawa secara teratur dapat membantu lansia melepaskan emosi negatif, meningkatkan kontrol emosi, dan mendorong motivasi untuk beraktivitas, sehingga berkontribusi pada kesejahteraan mental dan fisik mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline