Lihat ke Halaman Asli

Second Life at Fourty, Cinta dan Krisis

Diperbarui: 27 Februari 2021   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Ada sebuah ungkapan yang kadang disalahartikan dalam menjalani kehidupan. Bahwa untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri dibutuhkan hal-hal baru yang sering melanggar etika normatif. Hal yang menjadi pameo di masyarakat, bagaikan warisan budaya yang mengikuti perubahan zaman. Apalagi di zaman modern, ada nilai-nilai humanis yang mulai ditinggalkan.

Skeptisisme masyarakat yang terbangun dari masyarakat plural dan heterogen, lebih berorientasi pada nilai-nilai kesepakatan yang dianggap bisa mempertahankan peran nilai peradaban. Meski hal ini sering melenceng dari esensi adat-istiadat yang secara historis sangat kental dengan nilai dan nuansa religius.

Ungkapan asing "second life at fourty" hanyalah sebuah istilah yang sering terdengar, yang sebetulnya untuk membangun semangat hidup orang-orang yang sudah berusia 40 (empat puluh) tahun ke atas. Kenapa demikian, karena aktivitas sebelum usia 40 digambarkan sebagai aktivitas yang masih energik dan daya tahan tubuh termasuk pikiran sangat produktif.

Pada masa ini, orang lebih cenderung kepada pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga. Karena orientasi aktivitasnya yang lebih banyak dilakukan di luar rumah, maka akan banyak informasi yang menarik untuk didapatkan.

Pola hidup manusia juga tidak terlepas dari berbagai rintangan dan cobaan, yang mengiringi perjalanan rumah tangga. Sebut saja Boncel yang memulai rumah tangga dengan Markucel sepuluh tahun lalu, pada saat mereka berusia sama-sama 25 tahun.

Bagaimana Boncel memperlakukan Markucel seperti bidadari yang tidak ada duanya. Boncel termasuk pria yang rupawan. Sementara Markucel meski wajahnya biasa saja, tapi servis terhadap Boncel, begitu luar biasa. Baik servis privasi dalam kamar, juga dalam hal urusan dapur, betul-betul bisa menyediakan selera masakan apa saja yang diminta Boncel.

"Kamu memang istriku yang tidak ada tandingannya", begitu manis ucapan Boncel. Markucel hanya bisa mesam-mesem mendapat pujian suaminya.

Ungkapan cinta yang tumbuh di antara mereka bagai benang-benang kasmaran yang tengah merajut sebuah kebahagiaan rumah tangga. Banyak orang yang merasa iri dengan mereka. Keharmonisan Boncel dan Markucel telah memberikan semangat yang luar biasa kepada Boncel dan akhirnya sedikit demi sedikit, karir Boncel makin menanjak. Kalau lima tahun lalu Boncel ke kantor hanya naik motor, kini dia sudah mengganti naik mobil.

Boncel lupa, bahwa perubahan gaya hidup akan mempengaruhi proses menjaga martabat rumah tangga. Dunia luar penuh dengan godaan yang meruntuhkan tembok gengsi hidupnya. Apalagi setelah jabatan Boncel makin menanjak, ada banyak wanita-wanita yang melirik dan berusaha mendekati Boncel. Tidak dapat dipungkiri, wanita-wanita itu mendekati Boncel karena persoalan materi.

Semakin lama Boncel makin berubah kepada Markucel. Sering pulang larut malam. Sering marah-marah kepada Markucel. Jarang makan di rumah bersama istrinya. Pertengkaran demi pertengkaran hampir selalu terjadi tiap hari.

Ungkapan cinta yang penuh romantis, tak pernah lagi keluar dari mulut Boncel. Meski tiap hari bertengkar dengan suaminya, hebatnya Markucel memilih untuk setia dan tetap bertahan hidup bersama Boncel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline