Lihat ke Halaman Asli

Prasasti Hujan

Diperbarui: 27 Januari 2021   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

serupa malam sebelumnya 

angin mendesak, menindih 

di liang awan tinggalkan perseteruan 

siang dan malam menjadi penggalan puisi 

nafas pun memayungi petaka 

yang acap kali lantunkan pesta 

meracau di tubuh halilintar 

hingga air mengalir 

di pelupuk matamu 

sering tergores gelisah 

rebah dan jatuh, menumpahkan aksara sedih 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline