Lihat ke Halaman Asli

Pemulung Kecil

Diperbarui: 25 Januari 2021   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akibat merebaknya pandemi yang begitu panjang, dimulai tahun 2020 lalu, banyak terjadi PHK dimana-mana. Jangankan usaha mikro, usaha makro pun banyak yang gulung tikar.

Kondisi yang tidak bisa dielakkan ini, membuat pelbagai strata masyarakat mengalami kesulitan ekonomi. Tidak ada pilihan selain berpikir untuk mempertahankan kelangsungan hidup sehari-hari.

Seorang penulis lepas yang bernama Vito Prasetyo, juga tak luput dari imbasnya dampak pandemi ini. Sebagai penulis lepas, tidak bisa hanya mengandalkan hasil karyanya untuk bisa bertahan hidup. Minimal kebutuhan hidup sehari-hari bisa terpenuhi, meski sangat jauh dari cukup. Jika dirata-ratakan per hari dalam sebulan, hasil yang didapatkan hanya berkisar 15.000 sampai 20.000.

Maka pertengahan tahun 2020, Vito Prasetyo memutuskan untuk menjadi pemulung, dengan cara mengikuti bank sampah. Dengan bergabung dengan bank sampah, pengelolaan limbah sampah menjadi lebih optimal manfaatnya. Dan hasil dari pengumpulan sampah daur ulang, peningkatan nilai ekonomi bertambah, meski kalau dirata-ratakan berada dalam kisaran 60.000 sampai 70.000 per hari.

Sebagai pemulung kecil, bisa tertampung dalam program pemerintah berbasis usaha, meski ini terbatas dan bergantian pengajuannya bagi anggota. Semangat untuk bertahan hidup ini, terus dilakukan dengan selalu berpikir positif dan selalu berdoa.

Malang, 25 Januari 2021 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline