Karanganyar 25 Juni 2024 - Di tengah gemerlapnya dunia tari di Indonesia, muncul sosok maestro tari yang tak henti-hentinya berkarya dan membawa nama baik Karanganyar ke kancah internasional. Beliau adalah Nur Inthan Permatasari, seorang seniman tari yang telah mengabdikan hidupnya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya tari di Indonesia, khususnya di Karanganyar.
Nur Inthan Permatasari atau yang sering dipanggil Bu Inthan merupakan sosok yang lahir di Karanganyar, 4 Agustus 1983. Sejak kecil beliau sudah menunjukkan ketertarikan yang luar biasa terhadap kesenian tari. Beliau mulai belajar tari tradisional saat menginjak bangku sekolah menengah pertama (SMP). Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya di SMA dan kuliah yang khusus mempelajari bidang kesenian.
"Waktu SMP saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler menari. Nah, dari situ akhirnya timbul rasa suka pada tari dan kebetulan saat di SMP, setiap ada event-event seperti perpisahan kakak kelas, ada tamu kedinasan disuruh tampil. Nah, dari situ saya mikir kok ini mearik dan mulai timbul rasa sedikit penasaran juga" Ungkap Bu Inthan.
Berkat bakat dan kegigihannya, Bu Intan berhasil meraih berbagai prestasi gemilang di dunia tari. Beliau pernah mendapat juara 1 lomba tari PKK pada tingkat kabupaten mewakili kecamatan kebakkramat dengan membawakan tari jurit karang. Selain itu, Bu Inthan juga mendapat juara 1 lomba tari PKK tingkat Provinsi mewakili Kabupaten Karangayar. Bagi Bu Inthan, tari merupakan bidang kesenian yang istimewa. Dengan mempelajari kesenian tari, kita bisa ikut andil dalam melestarikan budaya indonesia di era modern seperti ini.
Namun, Bu Inthan tidak hanya puas dengan prestasinya sendiri. Beliau ingin mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya tari di Indonesia, khususnya di Karanganyar. Beliau mendirikan sebuah sanggar tari yang bernama "Sanggar Tari Puspanjali" untuk menampung anak-anak muda yang ingin belajar tari. Di sanggar tari tersebut, beliau tidak hanya mengajarkan teknik menari, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya dan moral kepada anak-anak didiknya. Beliau ingin anak didiknya tidak hanya menjadi penari yang handal, tetapi juga menjadi insan yang berbudaya dan berkarakter.
Upaya Bu Inthan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya tari di Indonesia telah membuahkan hasil yang gemilang. Beliau telah berhasil membawa nama baik Karanganyar ke kancah nasional. Terdapat pengalaman istimewa yang didapatkan Bu Inthan saat menekuni kesenian tari, yaitu pada saat "Mbarang". Maksud dari mbarang adalah menari di tempat orang yang memiliki hajatan. Beliau pernah mbarang sampai jawa timur, jambi, dan masih banyak lagi. Pengalaman berkesan yang didapatkan beliau ketika mbarang adalah segala persiapan dilakukan secara mandiri, mulai dari berhias diri, menata rambut, sampai menata pakaian. Hal tersebut membuat Bu Inthan jadi lebih mandiri dan bisa mengekspresikan diri.
Akan tetapi, terdapat tantangan yang dihadapi Bu Inthan di dalam mengembangkan kesenian tari ini. Salah satu yang menjadi tantangan adalah usia. Di dalam kesenian tari, fisik menjadi kunci utama bagi seorang penari. Seiring bertambahnya usia, menjaga stamina dan kelincahan tubuh menjadi semakin sulit.
"Seiring bertambahnya usia, stamina yang dimiliki seseorang tidaklah sama seperti masa muda. Tidak bisa dipungkiri bagi seorang penari stamina sangat dibutuhkan karena memperngaruhi daya tahan tubuh" Tegas Bu Inthan.
Kisah Nur Inthan Permatasari adalah sebuah kisah inspiratif yang penuh semangat. Dedikasi dan kegigihannya dalam mengembangkan kesenian tari Jawa patut dicontoh dan diteladani. Nur Inthan adalah bukti bahwa dengan tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah, kita dapat mencapai mimpi dan memberikan kontribusi yang berarti bagi bangsa dan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H