Lihat ke Halaman Asli

Mengelilingi Dunia Lewat Cerita Dari Lima Benua

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13844180911662296850

Membongkar-bongkar koleksi buku di perpustakaan pribadi, saya menemukan setumpuk buku dengan warna sampul yang bermacam-macam. Sampul-sampul buku dengan warna hijau muda, kuning, merah muda, ungu, biru, dan warna lain mendominasi. Kondisi buku sudah tidak terlalu baik, tetapi masih bisa dibaca.

Sekumpulan buku tiu menjadi sebagian kecil seri Cerita dari Lima Benua (CLB) yang diterbitkan P.T. Gramedia yang sekarang disebut P.T. Gramedia Pustaka Utama. Pembaca buku ditujukan untuk anak-anak usia sekolah dasar dan awal sekolah menengah pertama. Seri CLB ini ingin ikut memperkaya bahan bacaan bagi anak-anak kita. Disajikan bacaan bermutu yang lebih dari sekedar komik. Untuk membantu daya khayal anak, diberikan tempat yang luas bagi gambar-gambar. Tapi cerita disajikan dalam bentuk bacaan. Dongeng-dongeng indah daei berbagai benua diindonesiakan sedekat mungkin dengan aslinya. Hanya tokoh-tokoh tak bernama dalam terbitan ini diberi nama konkrit, agar cerita menjadi lebih hidup bagi anak dan lebih mudah diikuti. Deretan kalimat di atas hampir selalu ada di sampul bagian belakang buku. Di bawah deretan kalimat tersebut, daftar judul buku yang sudah terbit ditulis lengkap. Seluruh buku berjumlah 200 judul. Terbit selama kurang lebih 4 tahun, penerbitan perdana sekitar tahun 1974.. Rata-rata per bulan terbit 4 judul. Di masa itu pembaca anak-anak belum dihadapkan pada pilihan bacaan yang beragam seperti sekarang. Format buku yang dicetak sederhana seperti ini sudah mampu menarik perhatian dan minat baca anak. Dengan jumlah halaman 32 dan sampul depan yang berwarna. Kertas buku buram dan gambar di dalamnya hanya dua warna : hitam dan putih atau hitam dengan campuran warna lain. Gambar tidak lebih jumlahnya dari 20 per buku. Ada yang 1 halaman penuh, 1/2, 1/4 dan 3/4 halaman. Harga jual per buku ada di kisaran Rp150, Rp175, dan Rp200. Sekarang, buku-buku ini ditawarkan dengan harga bervariasi antara Rp7500 sampai Rp10.000 per buku. Seperti judul serialnya, cerita-cerita yang diangkat berasal dari khazanah nasional dan internasional, baik berupa dongeng, cerita rakyat dan legenda yang pernah ada dari lima benua. Dari hasil penelusuran judul-judul yang terbit, tidak ada cerita yang berasal dari benua Australia. Jadi, benua itu tidak diwakili satu pun judul cerita. Benua Asia, Eropa, Afrika dan Amerika dapat dijumpai dalam serial buku ini. Delapan judul pertama diambil dari dongeng karya Jacob Grimm. Buku ke sembilan diambil dari karya Hans Christian Andersen dengan judul Burung Bulbul. Judul ke sepuluh dan ke sebelas kembali mengambil dongeng karya Jacob Grimm. baru pada judul ke dua belas : Gadis di pohon emas kisahnya diambil dari cerita rakyat Aceh Tengah. Dalam buku itu penulis, K. Usman dan L.K. Ara dalam kata pengantarnya mengisahkan tempat asal cerita rakyat dari daerah Gayo. Judul semula, Cut Caya dan Cut Cani, diganti dengan judul baru, Gadis di pohon emas. Mereka mempertimbangkan judul semula sudah menjadi suatu ciri lama, sejenis dengan judul-judul Bawang Putih dan Bawang Merah, atau Hansel und Gretel di Jerman. Dengan alasan teknis dan artistik, penulis memberanikan diri memakai judul dan gaya penyajian yang baru. Karya-karya Jacob Grimm menempati urutan pertama dalam jumlah buku terbanyak yang diangkat dalam serial ini. Jumlah seluruh karyanya ada 27 judul. Tempat kedua dipegang oleh karya H.C. Andersen dengan 10 judul buku. Beberapa karya Jacob Grimm bahkan sampai cetak ulang tiga kali, disusul beberapa karya H.C.Andersen. Dari khazanah internasional, cerita rakyat , legenda dan dongeng diangkat dari negara-negara : Denmark (1), Tiongkok (1), Cekoslovakia (2), Yunani (7), Jepang (4), Irlandia (3), Rusia (8 judul), Inggris (5), Afrika (6), Amerika (3), Persia (6), Tibet (1), Italia (2), Skotlandia (4), Jerman (4), Armenia (1), Cina (1), Prancis (3), India (8), Swiss (4), Ukraina (1), Chili (2), Eskimo (1), Malaysia (12), Skandinavia (1), Georgia (1), Iran (2), Hindia Barat (2), Swahili (1), Serbia (2), Amerika Selatan (1), Punyab (1), dan Mesir (1). Cerita asal Malaysia muncul pada judul ke-145 berturut-turut sampai ke-156. Dari judul dan cerita asal yang ditulis di sampul belakang buku ada kerancuan. Cerita dari Tiongkok dengan judul cengkerik ajaib dengan cerita lain yang berjudul Fung Hsuen yang cerdik dari Cina.  Cerita dari Amerika ada 2 judul : Dolf dan roh orang mati, dan buku dengan judul Rip van Winkle. Sedangkan judul buku dari Amerika Serikat : anak miskin dan anak raja. Denmark yang termasuk negara Skandinavia, masing-masing memiliki satu judul cerita yang diangkat yaitu Pinangan pangeran kakiabu (Denmark) dan Pangeran naga (Skandinavia). Apa yang membedakan Tiongkok dan Cina, Amerika dan Amerika Serikat, Denmark dan Skandinavia? Ada cerita rakyat dari Aceh (1), Irian (1), Bali (1), Jawa Barat (3), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (4), Madura (1), dan Jawa (5). Penulisan asal daerah cerita rakyat juga membingungkan pembaca, karena tidak dijelaskan secara tepat asal daerahnya. Dongeng dari Jawa seperti Ande-ande Lumut, Pengembaraan Seorang Pangeran, Kuda Kepang Kiko, Kancil dan Harimau, hanya dituliskan cerita dari Jawa, tidak disebut secara tegas apakah Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Jawa Timur. Lima judul buku yaitu Si Bungkuk dan Si Buta, Tali Kecapi, Keris Empu Gandring, Kera dan Kura-kura, dan Bukit Kaca, bahkan tidak ditulis asal cerita itu, apakah dari khazanah cerita nasional atau internasional. Keris Empu Gandring saja yang jelas berasal dari khazanah budaya nasional tidak disebutkan dengan jelas asal cerita itu. Pembaca hanya bisa menebak setelah selesai membaca keseluruhan cerita. Dongeng-dongeng dari khazanah internasional dituturkan dalam penyajian baru sedekat mungkin dengan aslinya. penuturan dongeng-dongeng itu diceritakan kembali antara lain oleh Siento Soemiati Soetjipto, A. Haryono, F.B. Indradi, Antonius Adiwiyoto. Di antara judul-judul buku yang diterbitkan itu ada dongeng yang dialihbahasakan oleh Sides Sudyarto DS., M. Beding, dan K. Usman. Sedangkan ilustrator yang mengisi gambar dalam serial itu seperti Dwi Koendoro, Isman Santosa, dan Sadimin Rahardjo Saptanugraha. Sama seperti dongeng dari khazanah internasional, dongeng-dongeng yang diangkat dari cerita rakyat nasional dituturkan kembali oleh penulis-penulis yang sudah disebut di atas. Lepas dari segala kekurangan yang ada, serial CLB membangkitkan kenangan akan kejayaan dongeng-dongeng indah dari berbagai negara dalam bentuk buku sederhana. Cerita dituturkan dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami, tata bahasa yang tertata, dan huruf yang agak besar. Membaca buku-buku seri CLB memberi ruang daya khayal anak mengembara ke negeri antah berantah, apalagi pada zaman itu satu-satunya media televisa hanya siaran TVRI. Jadi kesempatan membaca buku pada anak lebih luas. Ada pesan moral tersimpan setiap kali usai membaca CLB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline