Lihat ke Halaman Asli

Aku Pelangi, Ketika Dia Memberimu Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam bertabur warna-warni dipenuhi orang banyak dan dibisingkan oleh bunyi terompet. Iya, katanya itu malam tahun baru. Sepertinya hanya tahunnya saja yang baru, semua-muanya masih sama. Terutama tentang kamu. Kamu yang masih aku perhatikan secara diam-diam disini, melihat kamu tertawa bersama dia yang bisa aku sebut sebagai kekasihmu. Aku perlahan mencoba tegar, dengan menatap langit yang terlihat indah meski aku tak mampu mengartikannya. Banyak yang tertawa, teriak dan merasa bahagia. Tapi aku bingung, bibirku tersenyum dalam hati aku sangat miris. Entah, aku ada dideretan orang keberapa yang tidak merasa bahagia dimalam pergantian tahun itu.

Sungguh, aku tidak rela. Bersama-sama menatap langit dan kamu sedang menggandeng tangannya. Walau aku tak melihatnya, tapi pasti itu yang sedang kalian lakukan. Benar-benar tidak menyenangkan, memiliki rasa kepada seseorang tetapi sudah memiliki kekasih hati. Padahal aku yang sudah setia menunggu, ternyata malah dia yang kamu pilih.

Aku hanya menjadi pelangi, ketika dia memberi hujan kepadamu. Kamu selalu saja mencoba berlari kearahku, padahal aku sedang ditahap melupakanmu. Kamu datang tanpa dosa, menanyakanku kabar dan mengetikkan kata "rindu". Kala itu hatiku bergetar, bibirku gemetar dan tanpa tersadar air mataku menetes perlahan. Dalam hati aku bertanya, "Tidak puaskah kamu dengan semua yang telah kamu miliki? Mengapa kamu selalu datang kepadaku? Aku bukan malaikat. Hatiku juga sakit ketika mendengar kamu bersama dia". Aku menghapus air mataku, dan aku membalas ketikannya dengan kata-kata " Apa lagi yang belum kamu dapatkan darinya? Hingga kamu harus menjilat ludahmu sendiri?

Saat ini, aku hanya ingin bisa melupakan kamu. Kamu, yang ingin aku lihat bahagia meski tanpa aku. Aku, yang ingin bisa melihatmu tersenyum tanpa menangis didalam hati ketika kamu bersama dia. Aku ingin membuang rasaku, aku ingin kembali seperti dulu. Aku juga ingin ikut bahagia, dengan memiliki seseorang yang bisa aku bagikan keluh kesahku. Biarkan aku melangkah sendiri. Dan kamu hanya boleh menontonku dari jauh, bila kelak aku sudah bisa tersenyum lebar tanpa kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline