Lihat ke Halaman Asli

Vita Arthauli

Universitas Airlangga

Gula, Teman atau Musuh? Menyelami Adiksi Makanan Manis dan Dampaknya pada Kesehatan

Diperbarui: 30 Desember 2024   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Manisnya godaan, pahitnya dampak

 Pernahkah Anda merasa tidak bisa berhenti mengonsumsi makanan manis, bahkan ketika sudah merasa kenyang? Jika ya, Anda mungkin mengalami adiksi terhadap makanan manis. Sama seperti adiksi terhadap zat- zat lain, adiksi makanan manis juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan mengganggu kualitas hidup. Mengonsumsi minuman dan makanan manis memang nikmat. Namun, di balik manisnya rasa, gula menyimpan potensi bahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Adiksi makanan manis, sebuah kondisi di mana seseorang sulit mengendalikan keinginan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis, menjadi masalah kesehatan yang semakin serius.Makanan dengan kandungan gula tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes, dan kanker. 

Gula adalah karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh. Gula alami ditemukan dalam buah-buahan dan produk susu, dan biasanya tidak berbahaya karena keduanya juga mengandung nutrisi penting lainnya seperti serat dan kalsium. Namun, gula tambahan yang sering terdapat dalam minuman dan makanan manis perlu diperhatikan. Konsumsi gula tambahan yang berlebihan bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Batas konsumsi gula yang direkomendasikan adalah sekitar 54 gram atau 4 sendok makan per hari, yang mencakup total gula dari semua makanan dan minuman yang dikonsumsi, termasuk buah, sayuran, biji-bijian, susu, teh manis, boba, minuman bersoda.donat, atau keik. 

 

Lalu, mengapa kita bisa kecanduan gula? 

Dahulu, nenek moyang manusia mengonsumsi makanan manis dan tinggi kalori sebagai upaya untuk bertahan hidup. Namun, saat ini, banyak orang mencari makanan manis hanya untuk kepuasan rasa. Seiring waktu, kebiasaan ini bisa menyebabkan kecanduan pada makanan manis. Proses kecanduan dimulai ketika otak merespons konsumsi makanan manis. Gula merangsang produksi hormon serotonin dan endorfin, yang memberi efek neurologis yang membuat Anda merasa tenang dan bahagia. Inilah sebabnya Anda merasa senang setelah mengonsumsi makanan seperti es krim, cokelat, atau minuman bubble tea. Lama-kelamaan, otak akan menginginkan lebih banyak gula, yang kemudian mengarah pada keinginan berlebihan akan gula. Selain itu, konsumsi makanan manis dapat menurunkan fungsi hormon leptin, yang seharusnya memberi sinyal kenyang ke otak, sehingga Anda merasa lapar lebih cepat dan ingin terus mengonsumsi makanan manis.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa gula mempengaruhi senyawa kimia di otak, yang dapat menyebabkan kecanduan. Hal ini sering kali berdampak pada aspek lainnya, seperti lemak tubuh. Salah satu penyebabnya adalah gula merangsang pelepasan senyawa kimia di otak yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia, seperti serotonin dan endorfin. Senyawa-senyawa ini memberikan dorongan energi secara cepat dan biasanya memperbaiki suasana hati.Pemicu kecanduan makanan manis bermacam- macam tergantung setiap individu tetapi memakan makanan manis biasanya dikaitkan untuk meningkatkan energi dan suasana hati. 

 

Kecanduan terhadap makanan atau yang sering kita dengar dengan sugar  sculpturing dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh, yaitu; 

  • Obesitas: Gula kosong( gula tambahan) memberikan kalori tanpa nutrisi penting lainnya, sehingga berkontribusi pada penumpukan lemak tubuh. 

  • Diabetes Konsumsi gula berlebihan dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah, meningkatkan risiko diabetes tipe 2. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline