Lihat ke Halaman Asli

Ditemukan "Harta Karun" di Lebak Pakisaji Jepara

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa pekan yang lalu, kita melalui Rumah Kartini mendapat kabar ditemukannya sebuah "harta karun" berharga di desa Lebak. Saya bersama Sdr. Apeep Qimo dari Rumah Kartini mencoba cross check kebenaran hal ini. Kita-pun menentukan jadwal kunjungan hari Sabtu kemarin (29/3) menuju tempat dimana "harta karun" tersebut berada. "Harta karun" ini bukan berupa emas maupun sebuah benda berharga dengan nilai ratusan juta. "Harta karun" ini adalah sebuah file, atau lebih tepatnya buku besar yang berisi daftar induk siswa disebuah sekolah rakyat pada saat itu.

Buku induk siswa ini memiliki tahun produksi 1914 Sebagai buku induk, tentunya dapat kita ketahui nantinya melalui riset dan penelitian mendalam. Akan terdapat banyak hal yang bisa diambil melalui buku ini, diantaranya tentang sistem pendidikan masa lalu, pola pengajaran dan banyak yang lainnya. Perlu diketahui bahwa penulisan isi pada buku ini menggunakan bahasa Belanda, disertai penggunaan bahasa Indonesia dengan ejaan lama. Kondisi buku induk ini terbilang bagus dan terawat. Namun meskipun demikian, diperlukan perawatan khusus. Keberadaan buku induk ini memberi penegasan bahwa pemerintah Belanda kala itu sangat mendukung kemajuan dalam bidang pendidikan. Hanya saja sampai saat ini yang masih menjadi misteri, kenapa di Lebak? Mengapa tidak menempatkan sebuah tempat pendidikan di daerah Saripan atau Potroyudan? Kenapa tidak di Batealit yang pada saat adalah komplek pemukiman kaum ningrat dan bangsawan? Hal ini masih menjadi bagian penelitian dari teman-teman Rumah Kartini. Keberadaan buku induk siswa ini masih terjaga dan tersimpan di SDN 1 Lebak yang digabung dengan SDN 3 Lebak. Selain buku induk siswa tahun 1914, kita juga sempat mendokumentasikan buku induk siswa tahun 1947 (pasca kemerdekaan). Dengan adanya bukti otentik ini, menegaskan bahwa lembaga pendidikan tersebut telah melewati 3 masa pemerintahan; Belanda, Jepang dan Indonesia.

Tujuan pendidikan Jepang di zaman penjajahan Jepang tidaklah banyak yang dapat diuraikan sebab murid disibukkan dengan peperangan sehingga perhatian terhadap pendidikan sangat sedikit. Rayuan Jepang kepada bangsa Indonesia mengatakan bahwa Jepang adalah saudara tua yang akan datang ke Indonesia untuk mencapai kemakmuran bersama di Asia Timur Raya atau yang terkenal dengan hakko ichiu sebagai landasan utama pendidikan pada zaman pendudukan Jepang. Penjajah Jepang mengambil kebijakan bahwa bahasa Belanda dilarang dipergunakan sama sekali. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar resmi, baik di kantor-kantor maupun disekolah-sekolah. Bahasa Jepang menjadi bahasa kedua. Selama masa kependudukan Jepang inilah bahasa Indonesia berkembang dan dimodernkan sehingga menjadi bahasa pergaulan dan bahasa ilmiah. Sumber: Rifa’i, Muhammad. 2011. Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Penjelasan yang saya kutip dari buku Muhammad Rifa'i diatas memberikan gambaran luas mengenai eksistensi sekolah rakyat era Jepang. Saat ini kita menyimpulkan bahwa SDN 1 Lebak merupakan lembaga pendidikan rakyat pertama di Jepara. Dan yang masih menjadi misteri bukan lagi "bagaimana sekolah tersebut bertahan pada jaman Jepang?" Namun mengulang pertanyaan diatas yang jauh lebih dari pada itu; Mengapa Belanda mendirikan lembaga pendidikan di Lebak, Pakisaji? Sumber: http://visitjepara.info/2014/03/ditemukan-harta-karun-di-lebak-pakisaji.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline