Lihat ke Halaman Asli

Visca Isnaeni

Mahasiswa

Koneksi Antar Materi - Topik 2: Dasar-Dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 25 Februari 2024   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dimaknai bahwa pengajaran merupakan proses yang ada di dalam pendidikan, yang mana dalam upayanya untuk memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan merupakan upaya memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun peserta didik menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa diperintah oleh orang lain.

Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada pendidikan Indonesia saat ini ialah pendidikan yang mengedepankan prinsip merdeka belajar dan pembelajaran berorientasi pada peserta didik. 

Pendidikan saat ini ialah bentuk kemerdekaan ilmu yang dirasakan oleh peserta didik di Indonesia. Dimana peserta didik saat ini sapat secara bebas mengakses pembelajaran tanpa terikat dalam dinding-dinding ruang belajar. Yang mana pernyataan-pernyataan ini tentunya berbanding terbalik dengan konteks pendidikan di sekolah dulu, dimana pembelajaran belum sepenuhnya berorientasi pada peserta didik dan pembelajaran tidak didasarkan dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu juga proses pembelajaran yang terbatas dan terbelenggu dalam dinding-dinding kelas.

Nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal menjadi salah satu unsur penting dalam mendidik. Seperti yang telah dipahami bahwa sosio-kultural merupakan gagasam atau sistem yang mengatur tingkah laku manusia. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran di Indonesia merupakan upaya yang dilakukan sebagai usaha  bersama dalam mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbudaya. 

Pemikiran KHD dalam konteks sosio-kultural merupakan salah satu langkah dalam mempersiapkan pelajar Indonesia sebagai masyarakat global yang tetap berlandaskan pada Pancasila dan kearifan lokal. Di provinsi lampung ada beberapa di provinsi lampung yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat, antara lain:

  • Bebaco, yaitu budaya syukuran yang dilakukan oleh masyarakat lampung yang merupakan bentuk rasa syukur. Pada kegiatan bebaco ini, masyarakat adat lampung akan berkumpul untuk berdoa dan bersapa sua serta bersilaturahim. 
  • Nyuwak, yaitu budaya mengundang seseorang budaya ini sering dilakukan saat sesorang akan mengadakan acara begawi. Seseorang akan diutus oleh tuan rumah untuk menyuwak dengan datang secara langsung ke tiap rumah-rumah yang akan diundang. Budaya ini dilakukan sebagai bentuk silaturahim dan bentuk suka cita.
  • Begawi, yaitu acara adat yang diadakan oleh masyarakat lampung biasanya dilakukan saat resepsi pernikahan. Pada acara begawi ini juga sangat kental dengan budaya sosial dan kekeluargaan antar masyarakat.
  • Sakai sambayan, yaitu budaya tolong-menolong dan bergotong-royong, untuk mempererat hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga, setiap persoalan dapat diselesaikan secara bersama-sama.

Secara umum budaya-budaya yang ada di provinsi lampung ini berorientasi mengenai kekeluargaan, ragam, gotong royong, dan peduli terhadap sesama ataupun lingkungan yang mana kearifan budaya ini sangat relevan dalam menguatkan karakter peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Keragaman budaya yang ada di provinsi lampung juga dapat menanamkan nilai-nilai religius, toleransi, gotong royong, dan nasionalisme.Hal-hal tersebut tentunya sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengedepankn karakter peserta didik sesuai dengan visi pelajar Pancasila.

Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?  

Sebelum mempelajari topik ini dan telah mempelajari topik sebelumnya, saya percaya bahwa setiap peserta didik adalah makhluk yang unik. Saya berpikir bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda, kebutuhan yang berbeda, dan cara belajar yang berbeda. Sehingga sudah menjadi kewajiban saya sebagai pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan beragam, di mana setiap siswa merasa diterima dan didukung dalam perjalanan mereka tanpa memandang latar belakang.  Akan tetapi sebelum memahami pemikiran KHD, saat itu saya lebih fokus pada aspek penilaian dan hasil belajar tanpa memikirkan kebermaknaan dan kemerdekaan belajar sesungguhnya. Namun, setelah memahami pemikiran KHD, saya menyadari pentingnya kebermaknaan proses belajar dengan membantu mereka sepenuhnya sebagai fasilitator pembelajaran.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline