Zaman di mana sosial media meraja, segala sesuatu bisa menjadi trend dalam sekejap. Makanan adalah salah satu yang paling mudah dibuat viral. Ada yang viral karena rasanya. Ada yang mendadak terkenal karena proses pembuatannya.
Ada pula yang diburu orang karena penampilannya yang indah dan dianggap layak menghiasi akun sosial media. "Bubble wrap waffle" adalah salah satu contoh dari kategori terakhir. Bubble wrap waffle ini banyak terkenal di Inggris dan Amerika. Padahal waffle ini sebetulnya berasal dari Hong Kong dan merupakan jajanan yang sederhana.
Di Hong Kong, waffle ini dikenal dengan nama "Egg waffle". Egg waffle ini diciptakan pada sekitar tahun 1950-an, setelah masa-masa perang (Perang Dunia II, Perang Korea dan Perang Saudara di Cina yang berdampak terhadap Hong Kong), saat situasi ekonomi suram.
Orang-orang mencoba usaha dan mencari cara untuk menciptakan sesuatu dari sumber yang terbatas. Menggunakan secara maksimal bahan yang ada. Telur adalah salah satu bahan pangan utama.
Sayangnya telur tergolong rapuh, mudah retak. Telur-telur yang sudah retak ini sulit untuk dijual. Para penjual telur pun berusaha mencari cara agar telur-telur ini bisa terpakai. Telur dicampur dengan bahan-bahan lain yang mudah didapat, seperti tepung dan gula, sehingga lahirlah egg waffle.
Dalam Bahasa setempat egg waffle disebut "gai daan zai" yang artinya "telur ayam kecil", bentuknya memang seperti miniatur lusinan telur. Hal ini sesuai dengan situasi yang diperlukan Hong Kong pada saat itu, makanan yang murah (dengan menggunakan bahan-bahan sederhana) namun bergizi. Dengan nama dan bentuk yang meniru telur ayam, diharapkan makanan ini akan memberi kesan bergizi. Egg waffle ini dijual oleh penjaja makanan pinggir jalan.
Keberadaan penjaja makanan jalanan ini menunjukkan situasi ekonomi Hong Kong. Pada tahun 1960 dan 1970-an, banyak imigran dari Cina yang datang ke Hong Kong. Mereka berusaha mencari nafkah di Hong Kong.
Berjualan makanan di pinggir jalan merupakan salah satu hal yang paling mungkin dilakukan. Tak heran bila pada tahun 1970-an, permintaan loyang egg waffle meningkat.
Khawatir akan kebersihan, keamanan dan juga kemacetan yang ditimbulkan dari pedagang pinggir jalan ini, pada tahun 1970-an pemerintah mulai mengambil tindakan untuk membatasi pedagang ini, diantaranya dengan larangan pengeluaran ijin baru bagi pedagang dan razia bagi pedagang yang tak memilki ijin.
Hal ini terus dilakukan hingga tahun 2000-an, dan mengakibatkan jumlah pedagang jalanan ini menurun drastis, dari 50.000an di tahun 1974 hingga tinggal 6000 sekarang ini. Egg waffle yang dijual di gerobak juga terkena imbasnya, jumlah penjualnya semakin sedikit. Beberapa diantaranya yang memiliki cukup modal, membuka toko/restoran (tidak lagi di gerobak) untuk menjual egg waffle.
Hal ini walaupun membuat penjual egg waffle berkurang, namun di sisi lain, dengan membuatnya di restoran, penjual ini mulai berkreasi baik dengan rasa maupun bentuk. Egg waffle mulai memiliki berbagai rasa, seperti coklat, matcha, talas. Egg waffle terus berevolusi.