Saya tidak pernah membayangkan, kalau pengalaman salju pertama saya, saya dapatkan di Afrika. Tepatnya di Maroko. Dalam bayangan saya, Afrika itu identik dengan panas, safari dan eksotik. Bayangan yang sebetulnya tidak salah, hanya masih ada yang kurang, ya tentang salju itu.
Maroko terletak di ujung utara benua Afrika, yang membuatnya termasuk dalam kategori iklim subtropik dan karenanya memiliki empat musim. Walaupun iklimnya tak sekeras negara-negara yang lokasinya lebih atas darinya, namun musim dingin di Casablanca, Ibu Kota Maroko bisa mencapai 8 derajat. Terlebih di daerah pegunungan, bisa semakin rendah temperaturnya.
Maroko adalah salah satu negara yang dilintasi pegunungan Atlas, di samping Aljazair dan Tunisia. Titik tertinggi pegunungan Atlas, yaitu Toubkal, berlokasi di Maroko dan mencapai ketinggian 4.167 meter. Tak jauh dari Toubkal, terdapat ski resor Oukaimeden.
Layaknya ski resor, di sini juga terdapat berbagai fasiltas yang berhubungan dengan ski. Seperti tempat penyewaan alat-alat ski, restoran dan penginapan. Namun ski resort Oukaimeden unik.
Biasanya ski resor yang berada di Eropa mempunyai fasilitas yang modern dan peraturan yang jelas. Penyewaan alat-alatnya pun resmi. Berbeda dengan Oukameden, pengunjung bisa menyewa berbagai perlengkapan ski, baik dari tempat-tempat yang resmi, maupun dari penyewaan yang digelar di jalan.
Mengingatkan saya akan pedagang kaki lima di Indonesia yang kadang menggelar dagangannya di trotoar. Pengunjung tinggal memilih dari tumpukan sepatu-sepatu boot atau papan ski yang usianya sudah tidak muda lagi. Dengan 50 dirham (sekitar Rp 70.000) pengunjung sudah dapat menyewa peralatan ski.
Kami pun ikut memilih peralatan di antara tumpukan tersebut. Setelah mendapat yang dirasa pas, kami pun mulai mencoba ski pertama kami. Ternyata tidak mudah. Walaupun sudah memilih medan yang paling landai, tetap saja kesulitan menjaga keseimbangan. Setelah beberapa saat, kami pun menyerah dan memutuskan untuk mencoba aktivitas lainnya.
Layaknya ski resort lainnya, di sini juga terdapat fasilitas chair lift untuk membawa kita sampai ke puncak. Namun saat kami datang, chair lift-nya sedang tidak berfungsi. Berikutnya, kami menyewa kereta luncur.
Dengan biaya 20 dirham (Rp 30.000) bisa pakai sepuasnya. Kereta luncurnya sederhana, terbuat dari papan kayu, yang dilengkapi dengan tali. Biasanya yang memakai anak-anak. Orang tua akan menarik tali kereta luncur tersebut. Sederhana. Namun menjadi unik dan malah berkesan vintage.
Karena sedang musim dingin, malam pun cepat datangnya. Tak terasa langit sudah mulai gelap. Kami pun memutuskan untuk ke hotel dan beristirahat. Keesokan paginya, ketika membuka jendela kamar, kami dihadiahi pemandangan yang luar biasa. Semuanya putih. Tertutup salju. Melihat ini, kami pun bergegas keluar hotel.