Sistem hub and spoke umumnya digunakan oleh maskapai penerbangan komersial berjadwal yang menjadikan sebuah bandara sebagai pusat dalam jaringan rute rute penerbangannya.
Sistem Hub and spokes ini bisa dipahami dengan mudah pada roda sepeda dengan ruji atau jari jari pada roda sepeda dimana semuanya terhubung dengan bagian tengah roda (boss).
Sistem ini diperkenalkan pertama kali oleh maskapai asal Amerika yaitu Delta Airline pada tahun 1955 dengan menjadikan bandara Atlanta sebagai hub mereka untuk mengoptimalkan rute penerbangan mereka.
Namun kini sepertinya sistem ini juga akan diterapkan pada penerbangan militer tepatnya oleh Angkatan Udrara Amerika (USAF).
Apa yang menjadi dasar mereka menerapkan sistem hub and spoke dimana mereka tidak melayani penerbangan penumpang ?
Amerika sepertinya selalu dihadapkan oleh dua ancaman dari dua bagian dunia sejak dulu yaitu ketika pada Perang Dunia kedua yang menghadapi Jerman di Eropa serta Jepang di kawasan Pasifik. Kini Rusia mengancam kepentingan Amerika di Eropa serta Tiongkok di Pasifik.
Pengalaman pahit Amerika pada Pearl Harbour membuat Amerika mengubah strategi nya dalam menempatkan kekuatan militer nya termasuk kekuatan udaranya di kawasan Eropa dan Pasifik dengan cara menyebarkan kekuatannya, tidak terkonsentrasi pada satu pangkalan militer.
Dikawasan Pasifik, kekuatan udara utama Amerika yang kini ada di Okinawa Jepang untuk pesawat tempur dan di Guam untuk pesawat pembom, tanker dan pesawat pendukung lainnya, akan dipencar ke segala penjuru termasuk bandara bandara kecil, sehingga kekuatan udara Amerika tidak akan musnah semua bila diserang seperti yang dulu terjadi pada Pearl Harbor karena kekuatan udara nya akan terpencar.
Kekuatan udara Amerika dipencar di beberapa negara yang telah menawarkan diri untuk dijadikan pangkalan atau penempatan pesawat dan peralatan pendukungnya (dispersing) seperti negara Palau dan Filipina dan beberapa negara di Micronesia.