Mempromosikan destinasi wisata sangat beragam jenis nya mulai dari blog, postingan di media sosial hingga buku yang kita kenal dengan guide book atau handbook, Begitu pun konten nya yang bisa berupa tips, rekomendasi penginapan, spot wisata dan lainnya.
Perkembangan teknologi dalam internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mengunggah foto foto destinasi wisata dan menjadikannya viral, siapa saja kini dapat menulis tentang wisata dengan menggunakan sumber sumber di internet sebagai referensi nya, dengan begitu siapa pun dapat mempromosikan destinasi wisata tanpa harus berpergian ke destinasi tersebut.
Judul-judul yang menarik seperti 'Ini alasan kita sebaiknya tidak berkunjung ke A' atau ' Temukan Surga Tersembunyi di A' dan lain lainya akan sangat menggugah para pembaca nya terlebih bila topik nya sedang viral.
Namun menulis mengenai destinasi wisata tidak lah cukup dengan hanya berupa tips, rekomendasi dan panduan saja karena destinasi wisata adalah ruang dan waktu di luar keseharian kita, akan banyak pemandangan alam dan adat istiadat yang dilihat, akan banyak menu makanan yang dicicipi, akan banyak perbedaan yang kita alami dan lainnya.
Selain itu pengalaman liburan bukan tercipta dari euphoria yang bersifat sementara tapi dari setiap detil kegiatan kita yang akan tersimpan berupa kesan kesan yang bersifat abadi (timelessness).
Hal yang terdengar biasa sebelumnya dapat menjadi hal yang mendapatkan tempat khusus dalam kehidupan kita, momen menyantap ubi rebus dan teh hangat dengan ditemani oleh Kepala Desa di teras rumahnya pada sore hari akan berbeda jika ditulis dari kita yang benar benar mengalaminya, akan banyak detil detil yang hilang dari kejadian tersebut jika kejadian tersebut hanyalah hasil dari olahan imajinasi belaka.
Bangunan dan tempat tempat bersejarah mungkin akan terlihat tak menarik dalam foto dibandingkan pemandangan keindahan alam, namun lewat kreatifitas penulis, sekumpulan teks yang tercipta dari lensa penulis, justru dapat menimbulkan keinginan kita untuk mengunjunginya
Disinilah kita memerlukan travelogue, sebuah tulisan wisata yang dapat merefleksikan keadaan sebenarnya dalam bentuk cerita yang merangkum pengalaman liburan dari penulis nya sendiri, sebuah travel memoir.
Travelogue dapat berbentuk artikel dan blog, jurnal dan buku sepperti guidebook dan handbook namun tidak semua bentuk tulisan tersebut adalah travelogue karena hanya travelogue yang menggunakan pengalaman liburan dari penulis nya sebagai sumber satu satunya.
Travelogue bukan untuk menggugah niat wisatawan untuk berkunjung ke sebuah destinasi wisata melainkan mengubah pembaca nya menjadi wisatawan yang ingin mendapatkan pengalaman yang sama.