Lihat ke Halaman Asli

virsa alfar

mahasiswa Universitas Airlangga

Resensi Buku "Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680"

Diperbarui: 20 Oktober 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karya Anthony Reid yakni "Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 -- 1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin" merupakan beberapa karyanya yang terkenal dan menjadi panutan bagi penulisan sejarah di kawasan Asia Tenggara. Buku ini memiliki lima bab diskusi: Memulai: Tanah di bawah angin, Kesejahteraan Fisik, Budaya Material, Manajemen Komunitas, Pesta Kerumunan, dan Dunia Hiburan. Isi buku ini adalah penjelasan tentang kondisi ekonomi dan perdagangan Asia Tenggara antara tahun 1450 dan 1680. Ketika Renaisans dan kapitalisme awal terjadi dan mengubah sebagian besar Eropa, tidak mengherankan jika Asia Tenggara juga terpengaruh. , Geografi Asia Tenggara, sebagai sebuah pulau dan juga berfungsi sebagai jalur perdagangan internasional, 'Jalan Sutra', mendukung perkembangan ekonomi dan perdagangan kawasan. Keanekaragaman bahasa, budaya dan agama di Asia Tenggara sungguh menakjubkan. Di bawah ini adalah ulasan singkat tentang buku ini.

Asia Tenggara merupakan kawasan yang terletak di bagian tenggara benua Asia dan mayoritas wilayahnya terdiri atas kepulauan kecil dan pulau yang lebih besar dan banyaknya lautan hal ini yang membuat maraknya hutan di alam liar Asia Tenggara merupakan hal yang wajar. air yang ditemukan saat musim penghujan pasti lebih melimpah daripada saat musim kemarau yang sedikit. Hutan hujan liar pun banyak ditemu, Keragaman bahasa, budaya, dan agama di Asia Tenggara begitu mengagumkan terdiri lebih dari 800 bahasa yang ada di dalamnya. Bahasa yang hadir di Asia Tenggara berasal dari keturunan bahasa yang sama, yaitu Rumpun Bahasa Austrinesia.

rumah-rumah penduduk di Asia Tenggara sangat sederhana yang berbahan pohon dan bambu. Rumah bukan prioritas bagi mereka dan hampir setiap orang merupakan tukang kayu hal ini karena melimpahnya hasil utama hutan yaitu kayu yang menjadikan rakyat memiliki dasar dalam membuat rumah selain itu ada tembakau populer di abad berikutnya saat dijadikan salah satu bahan pembuatan sirih-pinang. Melihat lebih dalam mengenai masyarakat Asia Tenggara, hingga abad ke-18 orang Eropa yang singgah ke Asia Tenggara takjub dan merasa nyaman dengan iklim Asia Tenggara yang ternyata lebih baik daripada di Eropa. Dalam hal kesehatan, mereka juga takjub dengan kesehatan masyarakat Asia Tenggara yang relatif baik dalam masa kurun niaga.

Rumah-rumah dibuat dengan pertimbangan agama dan praktisitas, serta ketinggian menjadi pembeda meskipun bahan untuk membuat rumah sama. Rumah panggung raja dan kaum bangsawan dibuat lebih tinggi daripada rakyat. Perabotan di rumah-rumah pada saat itu berbeda dengan yang sekarang. Orang-orang lebih suka menggelar tikar di lantai, daun pisang sebagai piring, sendok dan garpu tidak ada, dan yang lainnya. Sementara pakaian menjadi hal dalam perbedaan kekayaan dan status.

 Selain itu Sistem sosial ekonomi Asia Tenggara seperti feodalisme atau perbudakan tidak tepat disebut feodalisme atau perbudakan. Karena inti dari dua sistem Eropa adalah badan hukum yang diakui oleh negara dan gereja. Sebagai perbandingan, sistem Asia Tenggara lebih bersifat pribadi dan finansial. Ketaatan lebih penting daripada hukum, dan setiap orang memiliki tuan. Hukum Asia Tenggara berasal dari sumber yang beragam seperti Dharmasastra India kuno. Pada abad ke-16 dan ke-17, buku-buku hukum Islam menjadi sumber informasi yang berpengaruh. Tradisi lisan lokal, di sisi lain, selalu ditafsirkan oleh para tetua desa. Meskipun raja memiliki otoritas hukum monolitik, di banyak daerah setiap desa atau komunitas etnis memiliki sistem hukumnya sendiri.

    Keahlian dan keindahan emas dan perak Asia Tenggara tidak dapat disangkal dan diakui secara luas. Hiruk pikuk perdagangan laut dan sungai telah mendorong penerapan teknik manufaktur ke hampir semua jenis gerabah dan produk logam.Kemudian, pembuatan pot tanah liat, yang telah ada di banyak bagian Asia Tenggara selama ribuan tahun.Teknologi menyebar ke daerah paling terpencil dari usia komersial. Pandai besi terutama dibutuhkan untuk produksi pertanian dan amunisi - sekop besi, aniani, cangkul, pancing, parang, pedang, tombak, keris, dll., yang terkenal di dunia Melayu. Burma, Siam, Kamboja, Vietnam Utara, dan Sumatera Tengah tampaknya cukup tidak berhubungan dengan besi. Para arkeolog yang bekerja di timur laut Muang Bai dan Vietnam telah menelusuri lebih lanjut asal-usul  pengerjaan logam di Asia Tenggara hingga 2000 SM. SM atau lebih awal, lebih awal dari metalurgi yang diterima di Asia Selatan. Sumber tembaga terkaya di Asia Tenggara mungkin ada di perbukitan utara Vietnam Utara, tempat sebagian besar kerajinan perunggu "dong son" pra-Kristen berasal.Produksi tembaga dilaporkan pada abad ke-18 dan pasti sangat tinggi pada abad-abad sebelumnya.

Orang Asia Tenggara sebagai Homo Ludens, yaitu orang yang suka bermain-main. Ini menjelaskan bagaimana orang-orang berpesta dan bagaimana mereka menghabiskan waktu luang mereka. terlihat dari cara orang Asia Tenggara berpesta dan menggunakan waktu mereka untuk bersantai. Dibandingkan dengan orang-orang di wilayah lain seperti Eropa, orang-orang di Asia Tenggara memiliki lebih banyak waktu luang untuk pesta dan acara hiburan lainnya. Bahkan, persentase orang di Asia Tenggara yang Homo Ludens, sangat besar dibandingkan dengan orang-orang dari daerah lain dan mungkin terbesar. Makanan dan iklim yang sejuk memberi orang waktu untuk segalanya. Di kerajaan-kerajaan seperti Jawa, Aceh, Siam dan Burma, ada pertempuran terus-menerus antara gajah, harimau, kerbau, dan hewan lainnya. Di kota-kota kecil, ada perkelahian antara hewan kecil seperti sabung ayam. Banyak acara juga semarak dengan orang-orang bernyanyi, menari, dan tampi.

Mungkin ini sedikit "spoiler" untuk buku ini. Buku ini menarik untuk dibaca karena menggambarkan pandangan masyarakat Barat (Eropa) di benua Asia Tenggara. Anthony Reid menulis buku ini berdasarkan pandangan Belanda,  Neerlandocentric. Informasi tentang Asia Tenggara yang disediakan oleh buku ini juga sangat luas. Jika Anda tertarik untuk mencari informasi tentang sejarah Asia Tenggara, mungkin buku ini cocok untuk Anda.

Buku "Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 -- 1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin", Karya Anthony Reid

Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 -- 1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin, Kata pengantar: Onghokham, Penerjemah: Mochtar Pabotinggi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, Cetakan ke III: 2014, xxxiv+322 hlm, 24 cm.

Judul asli: Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680, ISBN: 978-979-461-107-7 (no. Jil. ungkap), ISBN: 978-979-461-108-1 (jil. 1), Copyright, 1988 by Yale University, Published by Yale University Press, New Haven and London




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline