Lihat ke Halaman Asli

Agi Suci Nur Indra

Digital creator / Copywriter

Ulasan Buku Kitab Rasa

Diperbarui: 30 Oktober 2023   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi @virgoriparthenos / @agikgori 2023

"Buku Kitab Rasa"

Karya Puthut EA, 2019

Penerbit Buku Mojok

Buku Kitab Rasa terdiri dari kumpulan cerpen ada 8 cerpen, tentu satu sama lain tidak saling berkaitan atau mempunyai irisan. Dari beberapa cerpen saya tertarik dengan cerpen yang berjudul Kitab Rasa yang mana nama itu juga menjadi judul dari buku ini.

Bercerita bagaimana sebuah keluarga yang berkali-kali diterjang badai tetapi mampu bertahan dalam hal ini adalah menjalankan warung makan/bisnis. Badai pertama sang tokoh (pak Surya) terkena sakit strok, anaknya kecanduan narkoba dan puncaknya adalah sang istri meninggal dunia bersamaan dengan itu pula bisnisnya bangkrut total.
Pak surya dalam mimpinya dipijit telapak kakinya oleh sang istri sambil menitipkan pesan : " Mas, kamu harus sembuh, keluarga ini harus bangkit." Dan setelah terbangun pak Surya merasa sehat terasa seperti tidak pernah terkena penyakit strok.

Anak-anaknya dikumpulkan dan membuat rapat keluarga untuk menyusun strategi dan mencoba bangkit dari keterpurukan. Tugas masing-masing anaknya dibagi oleh pak Surya sesuai dengan kemampuan mereka.

Kurang dari 2 minggu warung makan terwujud, dalam perjalanannya warung tersebut  memang belum berkembang secara pesat. Namun bagi keluarga pak Surya ini sudah cukup, warung ini cukup untuk bertahan hidup dan terus melawan badai.

Pesan yang saya tangkap adalah selincah apapun kita dalam menghindari badai, dia akan datang menyambangi kita dengan caranya. Dan kita hanya perlu terus bersiasat dan menghadapinya, semampu kita se tegar mungkin.  

Pesimisme yang melekat menjadi sedimentasi dalam diri kita, begitu sulit untuk melepasnya karena begitu lekat. Namun, selama tidak dicoba untuk melepaskan selama itu pula kita tidak pernah tahu batasan kemampuan kita.

Lewati batas itu, cobalah untuk terus menabraknya lebih terhormat terluka karena menabrak batas kemampuan sebelum menyesal karena tidak pernah mencobanya.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline