Lihat ke Halaman Asli

Menyemai Budaya: Mahasiswa Giat 9 UNNES Bersama Masyarakat Desa Gombong Melaksanakan Tradisi Ruwat Bumi

Diperbarui: 5 Agustus 2024   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Desa Gombong dengan kekentalan tradisi kebudayaan yang dimana masyarakatnya sangat menjaga dan mempertahankan tradisi serta kebudayaan yang sudah ada sejak lama. Salah satu tradisi tahunan yang biasa dilaksanakan di Desa Gombong adalah tradisi Ruwat Bumi. Dikutip dari sidesawlahar.purbalinggakab.go.id Ruwat Bumi merupakan sebuah tradisi yang umum dilaksanakan di seluruh Pulau Jawa salah satunya di Provinsi Jawa Tengah, akan tetapi di setiap daerah tentunya memiliki kegiatan perayaan yang berbeda-beda.

Salah satunya adalah Desa Gombong yang mayoritas masyarakatnya mengandalkan hasil bumi sebagai mata pencaharian utama seperti berkebun serta memiliki lahan perkebunan. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan hasil bumi, Mahasiswa GIAT 9 atau biasa dikenal dengan KKN dari Universitas Negeri Semarang bersama-sama dengan Masyarakat Desa Gombong telah melaksanakan tradisi Ruwat Bumi di bulan Suro tepatnya pada hari Rabu, 31 juli 2024 di Lapangan Desa Gombong.

Perayaan Ruwat Bumi yang dilaksanakan di Desa Gombong diawali dengan do’a bersama kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Muchammad Maksum, S. IP selaku Kepala Kecamatan Belik dan Ibu Hadiatun Nugrahaningsih selaku Kepala Desa Gombong. Selesai sambutan dilanjut dengan persembahan dari mahasiswa UNNES dan UMP berupa tarian Gugur Gunung.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah penampilan tari dari mahasiswa, acara selanjutnya adalah Pawai Tumpeng Sayur yang dimulai dengan pembukaan oleh Pak Camat dan Ibu Kepala Desa dari Lapangan Desa Gombong kemudian berangkat mengelilingi wilayah Desa Gombong. Setelah acara pawai telah selesai, tumpeng sayur yang dibuat oleh kelompok-kelompok masyarakat dibawa ke tengah lapangan. Setelah mendengar komando dari panitia acara Ruwat Bumi, masyarakat mulai berbondong-bondong untuk berebut sayur yang ada di gunungan tumpeng sayur.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain serangkaian acara di siang hari, Pelaksanaan kegiatan Ruwat Bumi berlanjut hingga pada malam hari. Dimana setelah waktu sholat maghrib, dilaksanakan do’a bersama di sisi tribun lapangan serta sholat istighosah.

Kemudian kegiatan Ruwat Bumi diakhiri dengan pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Gendroyono dari Sanggar Wijaya Laras, Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga. Sebelum pagelaran wayang dimulai, terdapat sambutan dari Bapak Muchammad Maksum, S. IP selaku Kepala Kecamatan Belik dan Bapak Rusmono selaku Ketua Pelaksana. Acara wayang kulit sendiri berlangsung hingga semalam suntuk.

Selain sebagai perayaan hasil bumi, acara Ruwat Bumi juga bisa memberikan ruang bagi para pedagang untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan keramaian pengunjung yang datang ke acara Ruwat Bumi tersebut. Diharapkan dengan adanya Ruwat Bumi selain sebagai media pelestarian budaya, juga sebagai sarana untuk memperkuat kerukunan dan gotong royong antar masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline