Lihat ke Halaman Asli

Moch Tivian Ifni

Penulis and pebisnis

Fakta Cinta KKN di Desa Sriwiti

Diperbarui: 26 Juni 2024   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Canva/Diolah Tivian

Siang yang cerah, terik panas matahari tepat di atas ubun-ubun, tak mengurangi antusiasme mahahasiswa angkatan 2010 Universitas Brawijaya berkumpul di lapangan rektorat untuk pelepasan dan pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang akan segera di mulai.

Salah satu mahasiswa itu adalah aku, Viandra Rizal, mahasiswa angkatan 2010 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan ilmu politik. Seperti halnya mahasiswa lain, aku pribadi juga antusiasme untuk KKN ini. Mengingat cerita keseruan dari seniorku satu kontrakan yang pernah bilang “KKN tak kan terlupakan dan kenangan cinta, kehidupan serta masyarakat akan melekat”.

Pembekalan dan pelepasan oleh Rektor Universitas Brawijaya selesai, Aku dan kelima anggota kelompokku sudah masuk mobil sewaan untuk menuju ke desa KKN kami. Desa yang lumayan jauh, di luar Kota Malang, tepatnya di Kabupaten Pasuruan yang berada di lereng gunung Bromo dengan budaya yang begitu mengakar.

“Bagus Yu di sana?” tanyaku saat mobil sudah berjalan menuju desa KKN kami.

“Diam wae, lihaten nanti” jawab Bayu salah satu teman akrabku.

Aku pun diam, menikmati perjalanan dengan pemandangan eksotis yang luar biasa. Rimbun daun pepohonan tinggi menjulang dari hutan, hamparan kebun, dan tinggi gunung, sungguh surga dunia yang pernah aku lihat.

“Nikmat Tuhan mana yang ku dustakan” Syukurku dalam hati.

Satu setengah jam terlalui, mobil kami sudah masuk jalan kecil yang muat satu mobil dengan jalan tanah berbatu. Hingga membuat mobil kami bergoyang, persis main komedi putar di pasar hiburan malam.

Ketidaknyaman itu terasa sekarang, bukan karena pemandangan buruk tapi karena jalannya yang membuat kami mual. Terutama Yayuk, teman kelompok dari Ilmu Komunikasi yang duduk di belakangku mual hingga muntah berceceran di mobil.

“Kenapa kamu Yuk?” tanyaku setelah mendengar suara Yayuk seperti memuntahkan sesuatu.

“Muntah loh, lihaten kakimu Ian”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline