Sebuah nama yang menjadi buah bibir, baik itu di media sosial, massa maupun elektronik. Hal itu dikarenakan pencalonan beliau dalam kontestasi politik pada pemilihan Presiden (Capres) Negara Republik Indonesia tahun 2024 yang telah berlangsung. Dimana dalam kontestasi politik pada pemilihan presiden beliau (Bapak Prabowo) berdasarkan hasil quick count unggul suara dari kedua pasangan calon lain yaitu Bapak Ganjar dan Bapak Anis meski diwarnai berbagai polemik isu politik yang berkembang sekarang ini. Bahkan saat ini pun masih terjadi unjuk rasa (demo) dari kalangan masyarakat yang tidak bisa menerima hasil pemilu dengan persepsi kelegaan hati akan dinamika yang terjadi.
Kenyataan itu bukan menjadikan dasar penilaian utama saya dalam menilai kajian tulisan yang berjudul "Ketulusan Itu Prabowo" tapi sosok kepribadian beliau dalam sudut pandang cinta, baik kecintaan untuk negeri, kecintaan kepada pasangan dan kecintaan kepada sesama.
Kecintaan beliau untuk negeri Indonesia tak di ragukan lagi karena background beliau yang seorang militer tentu jiwa patriotisme tinggi. Bahkan beliau sendiri sudah banyak memimpin operasi militer seperti Mapenduma dan Seroja. Selain itu, kekalahan beliau dalam kontestasi politik pada tahun 2015 dan 2019 tidak membuat beliau kecewa tapi justru dengan jiwa ksatria beliau menerima dan ikut membangun negeri melalui Kementrian Pertahanan dalam kabinet Pak Jokowi meski banyak orang yang menilai itu secara negatif seperti haus akan jabatan atau strategi politiknya tapi bagiku itu arti ketulusan sejati yang terbingkai dalam kecintaannya dalam negeri karena ada pepatah "Dalamnya lautan bisa di cari tapi dalamnya hati siapa yang ketahui" jadi jangan menilai orang seenaknya ya? Cukup Tuhan yang maha esa yang menilai. Ulama terkenal Abuya Arrazy juga pernah berkomentar sambil menangis mengatakan "beliau memang berjiwa besar dengan menerima kekalahan dengan ikut membangun negeri". Kini pun beliau berdiri tegak dengan nama yang membumbung sebab sebuah nama "Prabowo" yang di nilai dalam sejarah bangsa penuh fitnah telah mendapat penghargaan sebagai jenderal kehormatan bintang empat oleh Presiden Jokowi.
Kalian juga tentu ingat dan tahu dengan sebuah kalimat yang di ucapkan oleh Almarhum presiden kelima Republik Indonesia sekaligus kyai besar dengan kewalian KH. Abdurrahman Wahid (gus Dur) yang pernah berkata "Orang paling ikhlas dan tulus itu ya Prabowo". Sebuah pesan tersirat dari seorang ulama besar yang menilai kepribadian Bapak Prabowo yang amat ikhlas dan tulus untuk negeri ini. Kemarin juga kita dalam debat capres di pertontonkan jiwa seorang kesatria dari Bapak Prabowo dengan hanya diam, menangis dan merasa salah ketika kedua pasangan calon lain menilai kinerjanya sebagai Menhan hanya dengan skor 5 dari 10 dan 11 dari 100. Untuk itu secara pribadi, saya berpesan "Tetaplah tulus menjalankan amanah rakyat, Pak. Kecintaan Bapak kepada negeri sudah terbingkai dalam kekuasaan absolut. Jangan larut akan hinaan tapi dengarkan akan kritikan dan saran rakyat Pak".
Kecintaan kepada pasangan menurutku beliau bisa dikatakan seorang yang setia dan tulus meski sekarang beliau statusnya menduda. Penilaianku akan cinta tulus berbalut kesetiaan berlandaskan pada historikal dimana beliau masih setia bertahun-tahun pada satu wanita yaitu Bu Titik Soeharto. Bahkan menurut ceritanya perpisahan mereka berdua bukan karena ketidakcocokkan ataupun hati yang sudah tak lagi mencintai tapi paksaan akan kekuasaan dari Bapak Soeharto. Sepengetahuanku ceritanya di mulai pada saat ketika beliau diberhentikan secara hormat sebagai Pangkostrad dan prajurit TNI, beliau pulang kembali ke cendana, rumah kebesaran keluarga Pak Soeharto. Namun saat akan masuk ke rumah cendana, beliau tidak terima dengan tak diizinkan oleh Pak Soeharto bertemu dengan Bu Titik Soeharto. Sedangkan Bu Titik hanya bisa menuruti perintah ayahnya dengan perasaannya yang menangis di kamar.
Pak Prabowo dengan cintanya tetap memaksa ingin berjumpa, memohon kepada Pak Soeharto untuk masuk bertemu istrinya. Tapi sayangnya Pak Soeharto tetap pada pendiriannya sembari berpesan "Jemputlah anakku, jika kamu sudah setara denganku". Sebuah pesan yang sangat viral sekarang ini ketika Pak Probowo dinyatakan unggul dalam kontestasi politik dalam perhitungan cepat KPU. Penantian penuh perjuangan mewujudkan cinta yang utuh kembali setelah terbelah karena kekuasaan dengan diwarnai dua kali kekalahan dalam pertarungan Pilpres. Mungkin dulu dikenal Romeo and Juliet, Galih dan Ratna, sekarang ada Habibi dan Ainun, nanti Prabowo dan Titik. Lanjutkan Pak, pesanku "jemput kembali cinta tulusmu yang ada di Bu Titik Soeharto".
Kecintaan kepada sesama ini tidak usah dibahas lagi karena buanyak banget kepedulian dalam aksi nyata Pak Prabowo. Aku sampai bingung searching di google, soalnya banyak banget tapi ada satu hal yang bisa jadikan patokan diriku kenapa Pak Prabowo bisa ku katakan tulus dalam menolong sesama yaitu masih banyak pertolongan baik berupa bantuan uang ataupun benda yang dengan sengaja beliau menyuruh untuk tidak menyebutkan namanya kepada siapapun sehingga tidak terekspos media dan Google. Bahkan dilakukan secara terus menerus sejak lama. Itupun aku ketahui baru-baru ini ketika ada seseorang dengan lantang di salah satu media mengatakan jika dirinya dibantu biaya pendidikan oleh Pak Probowo. Luarr biasaaa!!! Padahal zaman sekarang berbuat baik ke sesama hanya untuk citra diri semata tapi tidak dengan beliau.yang tulus sesuai pepatah "Tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu".
Itu sedikit pembahasan singkat Ketulusan Itu Prabowo karena sumbernya hanya berdasarkan literatur dan cerita yang viral bukan dari interview kepada beliau langsung. Ya secara pribadi, aku ucapkan selamat kepada Pak Prabowo semoga amanah dalam menjalankan kedaulatan rakyat. Selain itu saya berharap pihak kompasiana barangkali juga bisa memfasilitasi saya untuk bertemu dan wawancara dengan Pak Prabowo Subianto agar Ketulusan Itu Prabowo bisa segera menjadi buku yang ku persembahkan untuk beliau.
Terima kasih editor kompasiana, comment dan follow ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H