Lihat ke Halaman Asli

Moch Tivian Ifni

Writers and socio entrepreneur

Naga Sang Pemberi Hikmah

Diperbarui: 30 April 2023   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tivian

Bulan bersinar terang seakan menyapa hening, sepi, membungkam gelapnya malam ini di sebuah perkampungan kumuh sarang penjahat. Terlihat perkumpulan anak-anak sedang berkumpul, berbaris rapi, menampilkan gerakan kompak yang tak lazim dengan satu komando.

Ternyata anak-anak itu sedang latihan silat yang dipimpin seorang pemuda berkulit putih, perawakkan tubuh kurus dan tinggi yang tak tampak seperti guru silat.

Ia adalah si Naga begitu orang kampung memanggil. Naga merupakan pemuda yang jago silat di kampung, ia dikenal sebagai guru silat sekaligus guru ngaji. Namun takdir membawanya pada hal terburuk, sejak usianya tujuh tahun, ayah dan ibunya sudah mati dibunuh oleh seorang perampok kampung yang juga memegang kekuasaan di kampungnya bernama Rontek. Harta benda dan rumahnya juga di sita menjadi milik Rontek.

Sejak saat itu, usia tujuh tahun, Naga tinggal bersama kakeknya bernama Ki Asmoro. Di sana ia belajar silat dengan kakeknya yang juga merupakan guru silat, pemilik salah satu padepokan silat terkenal di seberang jauh perkampungan Naga.

Perasaan dendam selalu tumbuh di batinnya, berkecamuk bagai kobaran api yang siap membakar apapun yang ada di dekatnya tak kala ia mengingat peristiwa pembantaian ayah dan ibunya oleh Rontek.

Perasaan dendam itu yang membawa Naga pada kerasnya latihan silat untuk membalas kematian kedua orang tuanya yang dibunuh oleh Rontek. Keringat deras bercucuran dari badan Naga setiap hari sejak ia kecil untuk berlatih silat bersama kakeknya, Ki Asmoro. Tak lupa Ki Asmoro juga mengajarkanya tentang agama kepada Naga sebagai benteng dirinya dalam bersikap.

Suara serangga beradu nyaring tanda malam semakin larut, Naga telah selesai mengajari silat anak-anak kampung. Ia pergi meninggalkan kampung kembali ke padepokan kakeknya Ki Asmoro. Mengingat rumah ayah dan ibunya di kampung sudah di ambil paksa oleh Rontek si penguasa kampung.

Di tengah jalan balik ke padepokan, di gapura depan keluar kampung, Naga di hadang tiga orang pemuda kampung yang merupakan anak buah dari Rontek.

"Kenapa kalian menghadangku!?" Tanya Naga sedikit keras, merasa tidak terima dihadang.

"Kamu masih saja kesini, ke perkampungan ini untuk mengajar silat dan ngaji. Padahal kami sudah melarangmu!" Jawab salah satu pemimpin pemuda itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline