Pagi ini sekitar jam delapan lebih sedikit, Vian telah selesai makan bekal pemberian Vida, ia pamit pergi sebentar ke rumah saudaranya yang tidak jauh dari klinik Prima Husada untuk mencari tambahan pinjaman uang.
"Vid, aku pamit pergi dulu ya? Nitip ayah sebentar bisa?" Tanya Vian.
"Pergi sekarang mas?, Apa tidak agak siangan aja?" Tanya Vida balik kepada Vian.
"Sekarang aja, Vid!, kan mumpung masih pagi dan saudaraku pasti ada di rumahnya" jawab Vian.
"Oke, mas. Kamu hati-hati di jalan, mas. Biar ayah sementara aku yang jaga. Mas Alif juga tadi kasih pesan kalau mau datang kesini" sahut Vida sambil tersenyum manis.
"Nanti kabari aku kalau Alif sudah datang kesini, Vid" pinta Vian.
"Ya, nanti aku kabarin. Ngomong-ngomong mas beneran mencintaiku?" Tanya Vida yang tiba-tiba menanyakan perasaan Vian kepada dirinya.
"Bener, Vid" jawab Vian berlalu pergi menuju rumah saudaranya.
"Aku juga mas, kita jalani ini sama-sama" teriak Vida memberikan jawaban cinta.
Vian berbalik badan, melihat Vida dengan penuh senyum, tanda hati mereka sudah saling tertaut tanpa ada kata yang bisa, ia ucap.
Vian berlalu pergi, mengambil motor yang diparkirkannya sejak semalam untuk pergi ke rumah saudara, berharap penuh ada uang tambahan membayar biaya operasi ayahnya. Ia mengendarai motor sembari berdoa agar Allah swt memperkenankan jalannya mencari pinjaman ke saudaranya.