Lihat ke Halaman Asli

Moch Tivian Ifni

Penulis and pebisnis

Pelangi Kelabu Vidaku (2019-2020) Part II

Diperbarui: 21 April 2023   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moch Tivian

Matahari mulai menampakkan sedikit secercah cahaya sinarnya, ayam pun berkokok nyaring, tanda pagi akan menjelang, menyambut hari dengan penuh harap. Memulai perjuangan baru dengan segala keterbatasan, menyelesaikan segala beban yang ada.

"Nak, bangun sholat subuh dulu," perintah ayahnya.

Vian terbangun dari tidur lelap, menjalankan kewajiban untuk beribadah seraya berdoa semoga ada kabar baik akan pekerjaan yang dilamar dan solusi dari kesulitan keuangannya.

Selesai menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, Vian melakukan rutinitas sehari-hari, mempersiapkan makanan untuk ia dan ayahnya. Ia mulai dengan memasak nasi, dilihat beras hanya tinggal cukup untuk tiga hari.

"Semoga saja hari ini, Alif jadi membetulkan sepeda motor," pikirnya dalam lamunan, berharap penuh pada kabar kemarin.

Di masak beras itu karena memang sudah terbiasa memasak nasi dan mandiri dengan segala keperluannya. Vian keluar rumah dengan penuh rasa khawatir melihat beras yang sudah mulai habis, untuk membeli lauk sembari menunggu beras itu matang menjadi nasi yang akan disantap hari ini. Ia memang mempunyai warung langganan untuk membeli lauk karena harganya murah, ditambah pemilik warung sering membantu untuk bisa membayar di lain hari sehingga ia bisa sedikit berhemat.

Warung itu terletak tidak jauh dari kampung, sekitar lima kilometer sebelah kanan kampung.

"Pak Sukrim, Bungkus, lauk seperti biasa,. Ikan asin+telor dadar tapi jangan lupa sambal terasi," pinta vian seraya menunjuk lauk yang ia pilih.

Pak Sukrim melayani dengan ramah, penuh senyum, mengambilkan lauk yang Vian pilih untuk dibungkus. "Cukup ta Le, buat ayahmu dan kamu?. Ini bayar sekarang apa besok? Hehehe," tanya Pak Sukrim sembari senyum tertawa kecil.

"Cukup, Pak. Seperti biasa saja bayarnya," jawab Vian sedikit malu dengan sekeliling orang yang sedang makan dan Pak Sukrim karena membayar esok hari.

Vian ucapakan terima kasih seraya kembali pulang membawa lauk yang dibungkus tadi untuk disantap bersama ayahnya. Sampai di rumah, dilihat nasi sudah matang, siap disantap bersama lauk yang dibawa tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline