Banyak Masalah dan Tantangan, Namun Kesempatan untuk memilih bertarung dengan masalah atau diam adalah Hal paling Dewasa yang perlu dilakukan oleh seorang Petarung.
Virdo manurung, yang merupakan Mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar menuturkan bahwa, Pandemi Covid-19 yang memisahkan perjumpaan antara dosen dan mahasiswanya memang banyak meninggalkan suka dan duka, terutama bagi Mahasiswa yang tidak bisa memenuhi kenyamanan dan kualitas pembelajarannya akibat pandemi yang melanda negeri tercinta ini. Banyak kisah seru yang bercampur aduk dengan kisah-kisah yang menyedihkan. Sebagai Mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar yang baru pertama kali mengalami pembelajaran tanpa adanya kehadiran dari abang dan kakak tingkat awalnya, menimbulkan banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran STT HKBP Pematangsiantar.
Perlahan dilalui dan akhirnya, mahasiswa pun mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan lalu lintas pembelajaran yang padat. Namun, bukan itu saja yang menjadi tantangan bagi mahasiswa yang baru memasuki kancah perkuliahan teologi . Banyak tantangan yang menimbulkan tekanan bagi para mahasiswa, sesaat ketika Mahasiswa diharuskan pulang ke rumahnya masing-masing akibat pengenalan perkuliahan di STT Pematangsiantar selama 3 bulan telah usai berlangsung.
Mahasiswa yang diharuskan pulang akhirnya mengikuti masa pembelajaran daring sama seperti yang telah dilakukan oleh Mahasiswa lain di Tanah Air Indonesia ini. Diberikan pembelajaran secara daring bukan hanya menimbulkan kesulitan untuk memahami pembelajaran, namun juga menimbulkan tekanan yang baru. Tekanan tersebut bukan hanya berasal dari banyaknya tugas yang diberikan kepada para Mahasiswa, tetapi diakibatkan juga oleh karena terlalu lemahnya sinyal yang didapatkan oleh para Mahasiswa yang tinggal di daerah minim kualitas jaringan internet.
Bukan hanya itu saja, Tekanan juga datang dari beberapa pihak yaitu tuntutan rasa peduli kepada kebersihan rumah. Terlebih lagi Mahasiswa yang tinggal di pedesaan yang secara naluriah pastinya akan ikut membantu orangtuanya di ladang ataupun sawah. Jika masih berasal dari Naluriah masih lumayan baik bagi psikologi seorang Mahasiswa. Namun lain halnya jika, Tugas mendesak untuk tidak mengikuti naluri tersebut.
Sebutan sekolah tugas-tugas memang cocok dipahami oleh Mahasiswa manapun untuk STT HKBP Pematangsiantar. Hal ini dikarenakan banyaknya tugas yang mendesak para Mahasiswa untuk berusaha mengimbangi kesibukan rumahnya dan kesibukan lainnya selagi mengikuti pembelajaran daring. Hal ini pun layak menimbulkan masalah dan tekanan bagi Mahasiswa yang harus senantiasa update tugas-tugas yang belum tentu mudah.
Betapa kompleksnya tugas yang diberikan juga pasti membutuhkan waktu pengerjaan yang lama. Tetapi siapa sangka lagi-lagi Mahasiswa harus bisa mengimbangi batas waktu Deadline yang diberikan. Tetapi inilah indahnya mengikuti perihal perkuliahan di STT HKBP Pematangsiantar, dimana ketegangan yang dihasilkan dari mengerjakan tugas membuat mentalitas yang tinggi bagi Mahasiswa untuk menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan yang rumit baik di dalam bidang akademis maupun di dalam segi motorik berpikir di lapangan nantinya yang jauh lebih kompleks.
Pengalaman penulis pribadi yang belajar di rumah selama pandemi Covid-19 sangat menyedihkan. Serasa anak yang kehilangan banyak hal, karena cukup sulit baginya untuk memahami setiap materi perkuliahan. Banyak alasan yang mendukung hal tersebut yang dimana hal itu dikarenakan tidak dihadapkannya pembelajaran dengan Dosen secara tatap muka. Penulis menuturkan, ia tidak bisa berbicara secara langsung atau berdiskusi secara langsung dengan teman-teman saat penulis diharuskan belajar secara Daring di masa pandemi ini, semuanya terasa berbeda. Tetapi pada akhirnya, Penulis merasa Bersyukur kepada Tuhan sehingga apapun tantangannya, ia bersama dengan seluruh Mahasiswa yang lain akhirnya bisa melewati masa pandemi ini di semester 1 ini.
Dari 10 Mata kuliah yang dijalani oleh Mahasiswa tingkat 1 di semester 1 ialah, Bahasa Indonesia yang termasuk ke dalam mata kuliah yang wajib diambil dalam program pendidikan Semester 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan oleh Bapak Junifer Siregar, S. Pd., M. Pd., menjadikan para Mahasiswa mendapatkan banyak hal baru, para Mahasiswa menjadi sadar dan memahami cara menggunakan bahasa yang baik dan benar, cara menggunakan tanda baca yang baik saat berbicara dan menulis. Para Mahasiswa juga memiliki pemahaman lebih tentang bagaimana membangun karya ilmiah yang baik sesuai dengan aturan dan kriteria dan yang diakhiri dengan bagaimana cara menuliskan daftar pustaka yang baik dan benar. Para Mahasiswa diberikan tugas-tugas baik pribadi maupun kelompok. Ada Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran daring sambil dibonceng naik motor. Ada juga yang absen lalu sambil menikmat hidangan sarapan pagi sambil mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia yang sangat mencekam di tiap tugasnya, namun mau bagaimanapun saat ketika tugas itu selesai banyak memori daun pisang yang terlintas. Ketegangan yang epik menyertai setiap perkuliahan terlebih lagi saat setiap kelompok akan mengadakan persentasi kelompok. Paling epiknya lagi disaat ketiga kelompok terakhir harus menyertakan video penjelasan. Dengan usaha yang maksimal, akhirnya setiap tantangan demi tantangan yang dihadapi dan diberikan oleh dosen dapat teratasi sambil para Mahasiswa yang tidak sedikit juga harus mengimbanginya dengan membantu orangtuanya bahkan sampai melakukan pelayanan yang didapat sesaat ketika sampai di kota asalnya.
Salah satu pelajaran yang berkesan dan luar biasa menarik ialah terkait dengan masalah Kutipan langsung dan tidak Langsung. Dijelaskan bahwa Kutipan langsung adalah mengutip kalimat tanpa mengubah dari sumber aslinya. Sebagai salah satu contoh yang dapat diberikan ialah seperti contoh berikut; Argumentasi adalah bentuk retorika yang mencoba mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain sehingga mereka percaya dan pada akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3). Sedangkan, Kutipan tidak langsung adalah kutipan dengan mengutip backsentence dengan mengubah atau meringkas kalimat dari sumber asli. Tetapi tidak bermakna bahwa akan mengubah arti murni sumber. Sebagai salah satu contoh yang dapat diberikan ialah seperti contoh berikut; Seperti yang dijelaskan oleh Gorys Keraf (1983:3), argumen pada dasarnya ditulis dengan tujuan mempengaruhi iman pembaca, percaya pada pendapat penulis, yang bahkan bersedia melakukan apa yang penulis katakan.
Pada akhirnya, saat belajar bahasa Indonesia di tengah pandemi COVID-19, penulis merasa beruntung sekaligus juga sedih. Meski di tengah pandemi, dosen tetap mengajarkan dengan baik dan efektif. Pengajaran Bahasa Indonesia juga dijelaskan dengan jelas dan mudah secara cerdas. Begitu banyak pengetahuan yang didapatkan dari dosen kami di tengah pandemi ini. Asyik (Saik) yang sangat epik dan disertai dengan prosedur perkuliahan yang sangat hakiki mewarnai pembelajaran selama daring. Sekianlah sedikit pengalaman dari hati seorang Mahasiswa saat mengikuti Pembelajaran Bahasa Indonesia secara daring bersama dosen bahasa Indonesia tingkat 1 di semester 1 yaitu bapak Junifer Siregar, S. Pd., M. Pd. Akankah Semester 2, dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia akan seepik dan sesaik semester 1?, Kita tunggu saja, tuturnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H