Lihat ke Halaman Asli

Syaripudin Zuhri

TERVERIFIKASI

Pembelajar sampai akhir

Pentingnya Dialog

Diperbarui: 18 Juni 2024   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipuji Tidak Terbang, Dihina Tidak Tumbang. Rendah Hati Selalu. Dokumen Pribadi SZ.

Wah...Rame kemarin ya, Akibat beda Hari pelaksanaan Idul Adha 1445 H. Ada yg sejak tanggal, 15 Juni 2024 dua hari lebih dahulu dengan pemerintah Indonesia. Ada yang tanggal 16 Juni 2024, yg ini merujuk wukuf di Arafah yg sudah dilaksanakan pada tgl 15 Juni 2024, yg otomatis besoknya berarti Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1445 H atau kita nyebutnya Lebaran Haji 2024.

Dan yang terakhir yang melaksanakan sholat Idul Adha1445 H adalah tanggal 17 Juni 2024, di Mana jauh-jauh hari Muhammadiyah sudah mengumumkan bahwa lebaran Haji atau Idul Adha 1445 H pada tanggal tersebut. Sedangkan pemerintah melalui Depag, Departemen Agama, setelah melihat Hilal, memutuskan tgl 17 Juni 2024 lebaran Hajinya. Gmn NU? Biasa ikut pemerintah.

Nah kebetulan untuk tahun ini, 2024/ 1445 H, dua ormas terbesar, Muhammadiyah dan NU sama dalam penetapan lebaran Haji, tidak ada perbedaan. Tentu dengan metode masing- masing. Di sini saya tidak tulis argument masing-masing metode dari ormas- Ormas tersebut, cukup cari di "mbah" google atau di Youtube, dan akan Anda temukan alasan masing- masing dan tentu dalil masing- masing yang memperkuat pendapatnya.

Muhammadiyah, NU dan pemerintah sudah kompak pada tahun ini.Tahun berikutnya ya lihat nanti lagi aja. Kalau sering kompak begini, semua ormas yg ada di Indonesia, adem alias sejuk. Tidak akan timbul komplik, dan tidak saling menghakimi dan merasa benar sendiri. Ya tapi mustahil terjadi, jangankan ormas yg jutaan pengikutnya.

Ormas kecil yg anggotanya sedikit orang aja bisa panas dan kepanasan, penuh emosi. Lihat aja dibanyak WAG, rame kali. Yang bijak sih, anteng-anteng aja. Lah yang repot  ada orang, ga punya dalil, terus bilang : " Yg menyelenggarakan sholat Idul Adha tanggal 16 Juni 2024, Imam dan Khotibnya, Tugimin". Padahal yg menyelenggarakan Sholat pd tanggal, 16 Juni 2024 tersebut di Indonesia salah satunya ada di Pondok Pesantren Modern Gontor, yg isinya para Kiayi mumpuni, yang skalanya Indonesia. Bukan tingkat kecamatan.

Dan heranya Si Tugimin yang ga salah apa-apa dibawa-bawa. Sepertinya yg koment begitu paling pinter, karena sudah merendahkan orang lain, padahal dirinya, ya gitu deh, lupa bercermin. Lupa dirinya itu bukan siapa-siapa. Kiayi bukan, Ustadz bukan, penceramah bukan, khotib juga bukan. Ya dimaklumi aja, kalau ada yg koment begitu di WAG.

Di sudut sejarahku, ada buku-buku yang belum semua dibaca. Betapa kecil diriku di hadapan ilmu yang sangat luas. Dokumen Pribadi SZ.

Kebenaran tunggal dan mutlak hanya milik Allah dan Rosulnya, sedangkan kebenaran manusia sebaliknya, jamak dan relatif, masih bisa diperdebatkan dan itu ada hikmahnya. Ilmu pengetahuan dan Wawasan manusia terus bertambah. Kerena ilmu semakin digali semakin dalam, semakin dibuka semakin luas. Jadi kenapa takut dengan Perbedaan? Lebih hebat lagi ilmu bila ditulis ga pernah habis, jutaan judul bukan bahkan mliyaran di seluruh dunia itu buku-buku terus aja dicetak, walau sudah ada dunia digital, dan buku bisa dibaca di sana dengan ebook atau aplikasi lainya, tapi buku tidak kehilangan pembacanya.

Dan lebih luar biasa lagi, semakin banyak buku yang kita baca, kita sepertinya semakin kecil pengetahuan dan ilmu yang kita miliki, karena buku ini belum di baca, buka itu belum sempat di baca, eh sudah terbit lagi buku- buku baru. Jadi apa yang mau disombongkan?

Karena buku yg kita baca baru amat sedikit sekali, dibanding Ilmu yang begitu luas? Yang menguasai kitab bidang tertentu, belum tentu tahu bidang ilmu lainnya dikuasainya, misalnya, buku astronomi, geografi, history, pedologi, geomatologi, geodesi, geology, geoantropologi, antropologi, sosiologi, psikologi, hukum, tatanegara, politik dll, itu bidang social belum lagi yang bidang alam, seperti ilmu Fisika, Kimia, Biologi, geofisika, Antrofologi fisik dan lain sebagainya.

Saat diskusi, di manapun, ketika murid bertanya kepada gurunya hal itu biasa, bukan murid dipatahkan pertanyaan dan cara berpikirnya, tapi diarahkan, diberikan motivasi yang kuat, agar murid tambah ilmunya, pengetahuannya dan wawasannya. Dan perbedaan antara murid yang kritis dengan gurunya sudah ada sejak lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline