Pilpres itu hal biasa dalam kehidupan berpolitik, dimana saja, dibelahan bumi manapun, di Indonesia atau di Rusia, di Amerika atau di India dan di berbagai negara yang menganut demokrasi, akan menjalankan pemilihan umum, baik Pilpres atau Pileg.
Jadi mengapa harus dbuat tegang, dibuat seperti mau perang saudara atau sepertinya dunia mau kiamat kalau kalah dalam Pilpres, santai sajalah. Bukankah sebagian besar rakyat Indonesia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa?
Orang yang beriman yakin betul, bila dalam hidup penuh dengan duka dan kesedihan, dia tak putus asa, karena tetap saja masih ada harapan, karena ada Dia di mana-mana. Orang beriman tak akan protes. Mengapa hidup sudah berlaku dan bertindak baik, tapi juga masih ada saja orang yang tak suka, masih ada saja yang membenci dan iri hati, dengki bahkan memfitnah sesamanya, di dalam kampanye Pilpres, Pileg atau Pilkada?
Dalam tahun politik ini, dimana masa kampanye masih berjalan sampai April 2019 nanti, semoga suasana batin bangsa Indonesia tetap terjaga, iman masing-masing orang tetap terpilihara dan tak mudah memojokkan lawan politiknya, tak mudah menyerang kubu lawan dengan kata atau ujaran kebencian. Bukankah kubu lawan sama, sama anak bangsa Indonesia juga?
Tapi memang begitu dalam kehidupan, Anda benar saja, masih banyak orang yang tak suka pada Anda, apalagi Anda berbuat salah dan penuh dengan kesalahan, kalau pakai bahasa sekarang" digoreng habis", apa lagi kalau kesalahannya menyangkut masalah Pilpres, seperti sekarang, dua kubu akan mencari " semut " di seberang lautan, dan melupakan "gajah" yang di pelupuk mata. Kesalahan kecil pada pihak lawan, akan digoreng habis.
Namun jangan kwatir, yang pernah disakiti, dihina, dicaci, dimaki bukan cuma Anda, tapi banyak orang lain lagi, Anda sih belum apa-apa dan belum diapa-apakan oleh orang-orang tak suka pada Anda.
Bagi orang beriman yang tingkatannya sudah di atas rata-rata, maaf, diludahi dan dicium itu sama, dicaci dan dipuji itu sama, difitnah dan dipuja itu sama, disakiti dan disanjung itu sama, dijauhi dan didekati itu sama, dibenci dan dicintai itu sama, disambit dan disambut itu sama, dipenjara dan dibebaskan itu sama, baginya sama kedaan tak merubah dan mempengaruhi dirinya, tak mempengaruhi imannya.
Dan kalau dalam istilah Pilpres sekarang, apapun yang ditampilkan dua kubu, tak mempengaruhi pilihannya, karena sudah yakin benar pilihannya, tak mudah terombangambing oleh pujian dan hinaan, oleh pencitraan dan kegombalan, pilihannya sudah mantap.
Semua itu dihadapi dengan selalu bersandar kepadaNya, dia lenyap bersamaNya, dia fana bersamaNya, dia tak peduli segala apa yang berkenaan dengan pujian atau cacian. Semuanya itu hanya bumbu-bumbu duniawi, dia lebih terfokus pada Yang Maha menyintai makhlukNya.
Perkara pilpres itu itu juga hanya urusan duniawi, hanya asam garam kehidupan berpolitik, tidak membuatnya membenci atau menghakimi kubu manapun, karena dia tahu kedua kubu tentu bertujuan baik, untuk mensejahterakan rakyatnya bila terpilih menjadi pasangan Presiden dan wakilnya nanti di tanggal 17 April 2019.
Saya tak akan lupa pada tanggal tersebut, karena sudah dapat kaos kehormatan ketika ada sosialisasi Pemilu di kantor oleh KPU Pusat, PPLN yang datang jauh-jauh dari Jakarta ke Rusia beberapa waktu yang lalu. Pada kaos tersebut tertulis dengan angka besar di depan, dengan tinta warna kuning emas dengan dasar kaos hitam, menyala bob! Acara sosialisasi yang cukup aktraktif, yang bertanya selain dapat tanggapan dari KPU juga kaos tersebut.