Lihat ke Halaman Asli

Syaripudin Zuhri

TERVERIFIKASI

Pembelajar sampai akhir

Siapapun Presiden 2019, yang Penting Mampu Menyejahterakan Rakyat

Diperbarui: 8 Agustus 2018   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapakah yang akan menjadi Presiden 2019? Yang penting mampu mensejahterakan rakyat. (Foto: Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado)

Pilpres 2019 mendatang kelihatannya semakin menarik untuk diamati dan dijadikan sebagai tempat pembelajaran politik bagi masyarakat awam, termasuk saya. Orang-orang yang bukan ahli politik atau bukan politikus dibuat bingung oleh manuper-manuper politikus.

Coba saja anda bayangkan, KPU ( Komisi Pemilihan Umum) Pusat sudah membuka pendaftaran untuk capres dan cawapres 2019 sejak tanggal 4 Agustus 2018 yang lalu, dan akan ditutup tanggal 10 Agustus 2018 pukul 24.00 WIB.

Namun sampai tulisan ini dibuat, tak ada satupun partai atau koalisi partai yang mendaftar, baik dari kubu Jokowi sebagai petahana, maupun dari kubu Prabowo dari oposisi. Kubu Jokowi yang sudah didukung begitu banyak partai, dari mulai PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PKB, PPP dan lain sebaginya masih belum berani daftar ke KPU, entah alasannya apa? Saya tak tahu, kan saya bukan ahli politik. He he he.

Begitu juga dari kubu Prabowo yang didukung Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat belum juga mendaftar. Mungkin dengan alasan yang sama, sama-sama sedang saling intip, siapa yang dijadikan cawapres oleh Jokowi dan Prabowo. Di kubu Jokowi santer sudah mengerucut di 3M, Mahfud MD, Muhaimin atau Ma'ruf Amin.

Sedangkan capres dari kubu Jokowi yang lainnya mulai tersisih. Nah dari kubu Prabowo juga muncul 3A, Agus, Abdul Shomad dan Asegaf. Berita terakhir, UAS menolak dan tetap dijalur Dakwah, tentang UAS sudah saya tulis sebelumnya dengan judul : " UAS dan TGB jangan diadu pada Pilpres 2019".

Bola pilpers makin panas, menjelang 10 Agustus 2018 mendatang, karena setiap kubu masih belum menemukan atau mengumumkan siapa cawapresnya, baik dari kubu Jokowi mapun kubu Prabowo. Bahkan terdengan santer bila Muhaimin tak dijadikan cawapres oleh Jokowi, PKB akan hengkang dari kubu Jokowi, dan akan mendirikan poros ketiga, bersama dengan PKS dan PAN.

Jadi nantinya akan terbentuk tiga poros, yaitu poros Jokowi, Prabowo dan Gatot, tentang Gatot pernah saya tulisa juga dengan judul : " Dicari capres tontonan bukan bukan tuntunan".

Memang repot kalau Pilpres 2019 dijadikan ajang untuk pertandingan, bukan perlombaan. Kalau perlombaan bersama maju, siapa yang terbaik, sedangkan kalau pertandingan keinginan untuk menang begitu kuat, sehingga boleh dikatakan menghalalkan segala cara.

Terlihat jelas ketika sampai saat ini, diantara kubu tersebut belum ada satupun yang mendaftarkan diri ke KPU, mereka masih saling intip, siapa cawapres yang mereka ajukan? Jangan-jangan pendaftaran capres dan cawapres 2019 diundur, benarkah?

Namun di luar itu semua, bagi rakyat tak penting. Jokowi mau berpasangan dengan Mahfud MD, Muhaimin, atau Ma'ruf tak masalah. Begitu juga dengan Prabowo mau berpasangan dengan AHY, Asegaf, atau Anies, itu pun bukan masalah.

Atau justru ada poros ketiga yang akan terbentuk, sehingga "Sang Kuda Hitam" Gatot Nurmantyo muncul dan menjadi capres berpasangan dengan Muhaimin atau dengan Anies Baswedan, walau Anies konon kabarnya sudah tertutup, karena konsentrasi mengurus Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline