Lihat ke Halaman Asli

Elvira Makuba

senang berbagi

Kartini Versus Martha Christina Tiahahu

Diperbarui: 24 April 2020   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkinkah hari Kartini dirayakan karena mungkin perempuan harus berpendidikan dan tetap ikut budaya patriakal? Banyak pahlawan bahkan dari Indonesia Timur  yang berjuang bahkan sebelum Kartini lahir dan lebih dahulu patut dirayakan. Kalau Kartini adalah seorang pejuang wanita yang akhirnya tunduk kepada budaya patriakal beda dengan Martha Kristina Tiahahu jadi kalau Martha ini karakternya betul betul karakter seorang pimpinan negara. Sedangkan Kartini bisa angkat dia jadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Yah memang ini sudah menjadi tanda bahwa Hari Perempuan seperti Martha tidak boleh diadakan takutnya ke depan ada banyak wanita wanita berjuang seperti beliau sedangkan wanita sebenarnya harus jadi sperti Kartini berpendidikan dan tetap ikut budaya patriakal.

Hari Kartini yang dirayakan oleh seluruh warga negara Indonesia sesungguhnya juga merupakan hari perayaan ulang tahun ibu saya. Kami kerap memanggilnya ibu Kartini karena hari ulang tahunnya bertepatan dengan hari Kartini. Hingga suatu kali seorang rekan menyampaikan kepada saya bahwa ada banyak Kartini -- Kartini yang lebih dekat dengan kehidupan  kita dan patut kita rayakan. Sayapun langsung berpikir sepertinya ini benar. Memang sangat baik juga kita mengenang Kartini namun sesungguhnya Hari Kartini yang saya pahami dengan sangat baik sebenarnya adalah hari dimana wanita -- wanita memakai kebaya dan sanggul. Almarhum Bapak saya adalah pejabat pemerintahan dan ibu saya sering memakai kebaya ke acara - acara kantor karena memang kebaya adalah pakaian nasional negara Indonesia.

Pada hari ini saya membaca kembali mengenai Kartini dan saya berpikir bahwa Kartini dikatakan sebagai tokoh emansipasi wanita sehingga beliau disebut pahlawan emansipasi dan hari ulang tahunnya dirayakan di seluruh Indonesia sebagai Hari Kartini. Secara khusus beliau ingin agar wanita pribumi dapat  mengecam pendidikan sehingga mampu menjadi setara seperti kaum laki - laki.

Latar belakang Kartini sebagai anak kepala Pemerintahan dan isteri seorang kepala Pemerintahan tentulah beliau adalah seorang yang terkenal. Apalagi di Jawa Penduduk Jawa pada tahun itu disbanding daerah -- daerah lain di Indonesia tentu banyak dan pada saat itu di Jawa telah ada sekolah - sekolah dan pemerintahan yang dipimpin oleh Belanda serta ada banyak kemajuan yang tidak dimiliki di tempat lain di Indonesia tentunya khususnya Indonesia bagian Timur.

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak pahlawan wanita di Indonesia namun hanya Kartini yang sangat dikenal tentu saja sayapun sudah belajar tentang para pahlawan namun saya lupa  cerita mereka, maklumlah sudah lama... Namun barusanBaru saja saya baca kembali dan saya tahu bahwa Martha Kristina Tiahahu yang hidup dari tahun 1800 hingga 1818   seorang pahlawan nasional yang berjuang di Medan pertempuran Bersama dengan para wanita lain turut serta bersama dengan para pria. Hal tersebut membuat saya berpikir bahwa Martha Kristina Tiahahu betul -- betul seorang wanita pemberani. Walaupun tidak disebutkan di dalam cerita yang saya baca, walaupun mungkin ada, bahwa beliau adalah seorang yang berpendikan namun bagi saya beliau memahami Politik pada saat itu dengan sangat baik. 

Latar belakang kehidupan Kristina Martha Tiahahu juga tidak kalah dengan Kartini beliau bukan berasal dari kalangan biasa namun ayahnya adalah seorang tokoh Politik yaitu Kapitan Paulus Tiahahu,  tak heran apabila Martha sangat memahami tentang Politik bahkan ia diikutkan ayahnya di dalam perjuangan. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan tentulah kemampuan Martha ini bukan kemampuan biasa karena yang mengikutkannya di dalam pertempuran adalah pimpinan pertempuran itu sendiri yaitu ayahnya yang percaya kepada kemampuannya. 

Tak kalah dengan Kartini yang memotivasi para wanita untuk berjuang Martha juga menyemangati para perempuan untuk berjuang. Hanya bedanya adalah bidang masing -- masing. Kalau Martha lebih banyak focus kepada bidang Politik dan Keamanan sedangkan Kartini semasa hidupnya sepertinya focus pada Bidang Pemberdayaan Perempuan. Kemudian saya berpikir Karakter Martha Kristina Tiahahu benar - benar karakter seorang pemberani. Perempuan berkarakter pemberani dapat menjadi pemimpin negara. Ketika membandingkan keputusan  - keputusan yang dibuat oleh Martha maupun Kartini, saya terkesan dengan keputusan Martha Tiahahu yang masih muda; Martha berani mengambil keputusan yang sesungguhnya sejak dahulu bahkan hingga sekarang banyak orang selalu melihat atau bersandar pada keputusan - keputusan kaum pria karena Indonesia masih menganut budaya patriakal yang sangat kuat. Martha memutuskan untuk ikut secara penuh di dalam pertempuran. Melihat keputusan Martha dan ayahnya yang mengijinkan dia ikut dalam medan pertemuan tentulah kita bisa mengetahui bahwa ayahnya mungkin percaya dengan kemampuan wanita setelah melihat kemampua anak gadisnya bukan hanya pada saat itu tetapi dari waktu ke waktu dalam masa pertumbuhannya menjadi gadis pemberani yang mana tentunya Ayahnya yang seorang kapitan itu banyak berkontribusi . 

Bila dibadingkan dengan Kartini yang lahir 60 tahun setelah kematian Martha  Kartini juga berjuang namun perjuangannya tidak didukung oleh ayahnya maupun suaminya hal ini sangat disayangkan karena walaupun Martha seorang pahlawan dari Indonesia timur didukung oleh pria  yang artinya bahwa emansipasi wanita betul betul mendapat dukungan pada saat itu untuk Martha sedang untuk Kartini belum dapat dikatakan ada 100% dukungan untuk emansipasi.

Saat ini di Indonesia peluang betul - betul terbuka bagi wanita bahkan wanita diberikan peluang sebesarnya -- sebesarnya  untuk berkarir bahkan dalam bidang Politik Kini banyak wanita Indonesia yang berpendidikan. Sebagai generasi yang hidup di saat ini saya berpendapat bahwa wanita saat ini ada yang seperti Martha Tiahahu dan ada yang seperti Kartini. 

Dari cerita Martha kelihatan sekali bahwa di usia muda dia sudah dilatih di dalam keluarga untuk memiliki posisi yang sama dengan laki laki. Sedangkan Kartini dia diajar untuk berpendidikan dan tetap mengikuti budaya patriakal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline