Lihat ke Halaman Asli

Viradyah LulutSantosa

sedang menyeimbangkan pola tidur dan pola makan

Rangkul Kebersamaan, Indonesia Jalankan Tiga Perjalanan

Diperbarui: 23 Agustus 2021   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Disadari atau tidak, baru kali ini dunia saling bersinergi untuk suatu hal yakni melawan pandemi. Tak pernah terbayang sebelumnya. Dari seluruh penjuru dunia bekerja sama memformulasikan vaksin. Terasa sekali gotong-royongnya. Hal ini pun tidak hanya berkutat pada sisi kesehatan saja. Tentunya hal tersebut berkorelasi kuat atas isu-isu lainnya termasuk ekonomi. Pasalnya pemerintahan negara-negara dunia menerapkan kebijakan untuk menekan angka persebaran Covid-19. Hal itu memberikan dampak ke perekonomian negara-negara dunia.

Lebih sempit lagi, menyoal resesi yang terjadi di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah orang miskin hingga akhir Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang. Hal itu juga senada dengan hasil penelitian Tika (2019) pada Jurnal Pendidikan dan Sosial, menunjukkan 320 sampel atau responden di suatu daerah. Persentase buruh sebesar 32% atau terbilang 103 orang, wiraswasta 25% sebanyak 80 orang. Sementara pekerja serabutan, pensiunan, ibu rumah tangga, bahkan pengangguran sebanyak 20% atau 65 orang. Kemudian pegawai swasta persentasenya sebesar 13% atau 43 orang. Untuk yang pegawai negeri sipil hanya sebesar 9% atau 29 orang. Artinya dari hasil data tersebut bahwa pekerja dengan gaji yang tetap di Indonesia termasuk pegawai sipil masih rendah di suatu daerah yang ada di Indonesia. Meskipun bukan data nasional, tetapi hal itu telah mewakili bahwa rata-rata warga Indonesia yang bekerja sebagai buruh harian lebih banyak dibandingkan pekerja sipil dengan gaji tetap. Ada tiga perjalanan untuk memerangi kelesuan ekonomi tersebut.

Survive

Beberapa diantara warga, dituntut untuk survive yang tentunya tidak hanya mencukupi urusan perut. Namun banyak keluarga dengan anak usia sekolah terpaksa rela menggadaikan barang-barang berharga untuk menyambung pendidikan anak-anaknya. Inilah yang disebut Multiplier effect (efek berganda) yang mempengaruhi peningkatan pendapatan dan konsumsi (kemenkeu.go.id).

Sama halnya pada sisi edukasi, anak-anak pun mengalami transisi. Apalagi sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sibuk skripsi. Penulis merasakan bahwa hal tersebut menjadi perkara yang menyebalkan. Apalagi beban sarjana yang lulus tahun ini (fresh graduate) lebih berat karena mereka tidak hanya bersaing sesama angkatannya. Namun, juga seseorang yang masih mencari pekerjaan atau terkena PHK lantaran pandemi.

Jumlah pengangguran di Indonesia diprediksikan akan meningkat terus jumlahnya. Hal tersebut didukung dengan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang memproyeksikan peningkatan jumlah pengangguran hingga 4,22 juta orang. Banyaknya jumlah pengangguran berbanding lurus dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) ataupun pemberhentian termasuk pegawai honorer (Chairini, 2020).

Menghadapi tekanan ekonomi yang berat, banyak anak muda yang tidak hanya menjadi job seeker saja melainkan job creator. Ekonomi sektor rumah tangga termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih memiliki peluang bertahan dan dapat meningkatkan taraf hidupnya yaitu melalui berbagai pelatihan peningkatan skill baru.

Food security (ketersediaan pangan) melalui UMKM-lah yang menjadi pioner pertumbuhan ekonomi berjalan. Keadaan lapangan pada UMKM juga telah menerapkan anjuran otoritas jasa keuangan (OJK) yakni penerapan work life balance.

Namun kelesuan produksi dan pasar, dalam hal ini tetap mempengaruhi kapasitas pelaku UMKM serta koperasi yang memiliki fasilitas kredit sehingga menimbulkan risiko tunggakan pinjaman.

Maka, berbagai strategi dimunculkan oleh pemerintah maupun industri jasa keuangan dalam memberikan insentif UMKM. Dilansir dari laman finansial.bisnis.com bahwa pemerintah memberikan subsisdi bunga dan restrukturisasi kredit bank.

Recovery

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline