Lihat ke Halaman Asli

Tugas Individu 2_8_Vira Nur Arifa

Diperbarui: 17 Agustus 2018   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada suatu mitos yang cukup terkenal di kalangan masyarakat namun belum terbukti kebenarannya, yaitu apakah biji jambu mengakibatkan penyakit usus buntu?

"Sebenarnya mitos. Tapi apakah biji jambu dan cabai bisa nyangkut? Bisa, tapi biasanya keluar lagi bersama kotoran (feses)," perkataan Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp. PD, KGEH, MMB, Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, pada hari Senin (28 April 2014).1

Appendisitis atau yang biasa disebut dengan radang usus buntu terjadi apabila ditemukan penyumbatan pada saat pembukaan appendiks yang melekat pada usus besar. Normalnya, makanan yang dicerna akan diantar dari usus kecil ke dalam usus besar melewati usus buntu kemudian kontraksi otot dinding usus buntu akan memaksa makanan tersebut keluar.1

"Sama seperti tifus, radang usus buntu disebabkan oleh daya tahan tubuh turun, kecapekan, depleting, infeksi lalu meradang. Bisa karena kurang tidur. Kebetulan yang lemah di bagian usus buntu, jadi meradang," jelas Prof. dr. dr Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, internist dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM.1

Tidak hanya disebabkan oleh imunitas tubuh yang melemah, appendisitis juga bisa disebabkan oleh obstruksi feses. Tinja batu atau feses yang keras bisa memblokir pembukaan rongga yang terbentang dari appendiks. Selain itu, appendisitis bisa juga terjadi karena infeksi.1 Dalam kompleks patofisiologi, appendiks yang meradang bisa disebabkan oleh infectious entities yang sangat beragam jenisnya. Appendiks tsecara eksklusif erlibat dalam beberapa kelainan , di antaranya adalah bakteri, jamur, infeksi parasit yang mempengaruhi appendiks. Beberapa contoh yang termasuk adalah Adenovirus, Cytomegalovirus, Yersinia, Mycobacterium, dll.4 Dalam kasus tersebut, cepatnya perkembang biakan bakteri dalam apendiks menyebabkan peradangan, bengkak dan bernanah. Usus buntu bisa pecah jika tidak ada penanganan yang tepat.2

Gejala-gejala appendisitis adalah demam, muntah diikuti hilangnya nafsu makan, nyeri akut, dll. Saat ini, tindakan operasi pengangkatan usus buntu termasuk golongan operasi yang sangat umum dan aman untuk dijalankan, berkat perkembangan teknologi yang sangat pesat.1

Menurut sebuah riset yang dipublikasikan di Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, risiko bagi biji buah jambu (yang bentuk bijinya sama kecil dengan biji cabe) sangat kecil untuk menyebabkan radang usus buntu. Omer Engin bersama tim telah melakukan riset dan hanya menemukan satu kasus mengenai peradangan usus buntu (Appendisitis) yang penyebabnya adalah biji buah jambu dari hampir 2000 kasus yang sudah diteliti. Artinya, hanya 0,05% risiko seseorang untuk mengalami appendisitis yang penyebabnya adalah biji jambu hanyalah 0,05%. Hal ini bisa terjadi karena sistem pencernaan manusia telah memiliki caranya sendiri untuk melumatkan makanan yaitu dengan enzim-enzim pencernaan yang bersifat asam. Karena itu, sebenarnya appendisitis secara teknis tidak bisa disebabkan hanya oleh biji buah jambu atau suatu jenis makanan yang lain. 2

Inge Parmadhi, seorang pakar kesehatan dan gizi mengatakan bahwa manusia akan tetap mengalami kesulitan dalam sistem pencernaannya untuk mendorong sisa makanan yang telah dicerna apabila konsumsi serat dan cairan tiap harinya tidak seimbang. sisa makanan yang sudah selesai dicerna. Hal ini menyebabkan serat di dalam saluran pencernaan menggumpal dan defekasi tidak terjadi. jumlah kotoran sudah terlalu menumpuk akan mencapai usus buntu dan akhirnya bisa menyebabkan appendisitis.3

 

Untuk terjadinya peradangan usus buntu, diperlukan banyak sekali makanan yang tidak hancur dan tertimbun atau tertumpuk di usus.  Sekali atau dua kali makan saja tidak akan membuat terjadinya peradangan di usus buntu. Demikian, hal yang dapat kita ambil dari penelitian di atas adalah sebaiknya menghindari seringnya mengonsumsi makanan yang sulit hancur saat dicerna bisa mencegah dari terjadinya appendisitis.2

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline