Dengan kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang sangat baik, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan kemandirian riset dalam bidang pangan dan energi terbarukan. Namun, meskipun memiliki sumber daya ini, kemandirian riset nasional Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di bidang ini[2]. Karena meningkatnya tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan ketergantungan pada energi fosil, kebutuhan akan inovasi lokal semakin meningkat[2]. Sangat mungkin bahwa integrasi riset dengan teknologi informasi dan arsitektur komputer kontemporer akan mendorong inovasi yang berkelanjutan[2].
Ketahanan nasional sangat bergantung pada penelitian pangan dan energi terbarukan. Riset mandiri dapat membantu menciptakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakteristik alam Indonesia di tengah peningkatan impor bahan pangan dan energi. Selain itu, riset ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan membuka peluang bisnis yang menguntungkan ekonomi lokal. Namun, pengembangan kemandirian riset di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan besar, seperti keterbatasan dana, kolaborasi lintas sektor, dan akses ke teknologi yang mendukung.
Kemandirian riset di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya dana yang memadai untuk riset di bidang pangan dan energi[3]. Sebagian besar anggaran riset di Indonesia masih bergantung pada dana pemerintah, sementara kontribusi sektor swasta masih cukup rendah. Banyak penelitian tidak dapat dilaksanakan secara efektif jika tidak memiliki dana yang kuat[3]. Selain itu, Indonesia masih bergantung pada teknologi impor untuk bahan penelitian dan alat. Ini membuat sulit untuk menghindari ketergantungan dan mengurangi peluang untuk membuat teknologi lokal yang sesuai dengan kebutuhan orang Indonesia. Ini berbeda dengan Brasil, yang telah mengembangkan industri biofuel berbasis etanol dari tebu yang sesuai dengan potensi alam mereka dan meningkatkan kemandirian energi nasional mereka. Selain itu, Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah, seperti rumput laut dan kelapa sawit, yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi terbarukan melalui penelitian yang cermat.
Sumber daya alam Indonesia sangat membantu penelitian tentang pangan dan energi terbarukan. Sumber daya alam seperti kelapa sawit, singkong, rumput laut, dan energi surya dapat digunakan sebagai dasar penelitian, dan dengan kemajuan teknologi, sumber daya ini dapat diubah menjadi bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan[1]. Hal ini akan membantu Indonesia menurunkan ketergantungannya pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan ketahanan energi negara.
Di Indonesia, sejumlah inisiatif penelitian telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam hal ketahanan pangan dan energi terbarukan. Misalnya, di sektor pangan, pengembangan padi hibrida yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrim dapat membantu meningkatkan produksi beras nasional. Namun, penelitian yang dilakukan pada rumput laut Eucheuma cottonii yang digunakan untuk membuat bioetanol menunjukkan bahwa rumput laut dapat berfungsi sebagai sumber biofuel yang ramah lingkungan[6]. Beberapa universitas dan lembaga riset telah memulai inisiatif dalam bidang energi untuk mengembangkan panel surya dan biofuel dari kelapa sawit. Untuk memungkinkan temuan penelitian ini digunakan secara luas, kolaborasi antara akademisi dan industri sangat penting. Selain itu, ada upaya untuk membuat biomassa dari limbah pertanian. Ini dapat menjadi solusi energi terbarukan bagi komunitas pedesaan yang sulit dijangkau oleh listrik konvensional[6].
Kemandirian penelitian di Indonesia bergantung pada kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Pemerintah harus memberikan insentif dan regulasi untuk mendorong penelitian, terutama dalam bidang pangan dan energi terbarukan. Industri dapat berkontribusi dengan menyediakan dana dan fasilitas untuk R&D, sementara akademisi dapat berkontribusi pada penciptaan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebaliknya, masyarakat harus dididik tentang pentingnya riset untuk ketahanan pangan dan energi, sehingga mereka dapat mendukung dan mendorong pelaksanaannya di lapangan. Dengan bekerja sama dengan semua pihak, Indonesia dapat memiliki ekosistem riset yang kuat yang memungkinkan inovasi berdaya saing tinggi.
Ketahanan nasional yang berkelanjutan bergantung pada kemandirian riset. Indonesia dapat mencapai kemandirian pangan dan energi dengan memanfaatkan potensi lokal dan melakukan riset yang relevan. Agar temuan riset dapat diterapkan secara efektif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mendukung inisiatif yang sudah ada.
Riset pangan dan energi terbarukan akan menghasilkan inovasi dan peluang ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai hal ini, pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran untuk penelitian ini serta membuat kebijakan yang mendukung kolaborasi antara sektor publik dan swasta.
Kemandirian riset adalah tanggung jawab semua orang, bukan hanya pemerintah atau akademisi. Masyarakat dapat memainkan peran dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih mandiri dan berkelanjutan dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya riset dan inovasi serta mendukung inisiatif riset lokal. Kita harus mendukung penelitian di bidang pangan dan energi terbarukan untuk mendukung ketahanan nasional dan masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Karya yang Dikutip
Daphne Wang, V. H. (2021, September 9). Indonesian Solar Market Poised for Unprecedented Growth, Holds Key to Decarbonizing Energy Sector. Diambil kembali dari Bloomberg Philanthropies: https://www.bloomberg.org/press/indonesian-solar-market-poised-for-unprecedented-growth-holds-key-to-decarbonizing-energy-sector/