Lihat ke Halaman Asli

Pecut Bergetar, Penari Jaran Kepang Mulai Kerasukan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

138436111068849087

[caption id="attachment_292073" align="aligncenter" width="460" caption="Melecut : Dua penari Jaran Kepang meliukkan tubuh seraya melecutkan pecut ke tanah."][/caption]

Dua pemuda belia menaiki kuda lumpingnya masing-masing. Sembari menunggangi replika yang terbuat dari anyaman bambu, tubuh kedua remaja tanggung itu juga ikut meliuk mengiringi tabuhan gendang. Sesekali, mereka melecutkan pecut ke tanah.

Tiba-tiba, salah seorang penari mulai sempoyongan. Tubuhnya ambruk. Seorang pria berpakaian hitam pun mendekatinya. Ia mengusap wajah sang penari. Ketika matanya terbuka, ia bukan lagi pemuda belia yang menari sambil tersenyum malu-malu. Sang pelatih Jaran Kepang yang berdiri di sebelah saya, mengatakan, “dia kerasukan”.

Saya sedang berada di Taman Wisata Senaputra, Malang (20/10).  Sesuai dengan jadwal hiburan pada minggu ketiga di taman itu, tarian Kuda Lumping atau juga biasa disebut Jaran Kepang, menjadi sajian utama. Para penonton yang dapat dihitung dengan jari, terpaku menyaksikan penampilan penari jaran kepang dari Sanggar Kencono Budoyo, Desa Glogor.

Sementara itu, usai pertunjukkan dua penari belia, enam orang penari lainnya memasuki panggung. Keenam penari tersebut terbagi menjadi dua baris. Tangan kiri mereka memegang surai replika kuda yang mereka tumpangi, sedangkan tangan kanan memegang pecut. Tubuh mereka melenggak-lenggok mengikuti tabuhan gendang dan pukulan angklung. Sesekali, pecut dipukul hingga menggetarkan tanah. Konon, tarian tersebut mengisahkan tentang raja-raja di tanah Jawa. [caption id="attachment_292079" align="aligncenter" width="460" caption="Menghentak : Keenam penari menghentakkan kaki mereka ke tanah"]

1384361837360256935

[/caption]

Wasis, pelatih Jaran Kepang dari Sanggar Kencono menjelaskan hal utama yang harus dipersiapkan sebelum tampil adalah sesajen, yakni gula, kopi, dan pisang. “Sesajennya harus lengkap. Kalau tidak lengkap, yang diundang nanti bisa ngamuk,” ungkapnya sembari mengunyah bunga melati. Ia juga menyatakan, lecutan pecut dapat memengaruhi para penari. “Pecut ini ‘bahaya’ buat penari Jaran Kepang. Mereka yang dengar lama-lama bisa kesurupan,” tuturnya entah bergurau atau tidak.

Perkataan Wasis segera disambut dengan berjatuhannya para penari, kemudian terbangun dalam keadaan kesurupan. Seorang penari menggigit lidi dupa, sedangkan yang lainnya menggigit buah kelapa. Beberapa penari lainnya merangkak bagai kuda sembari mengunyah bunga kenanga.

Namun, rupanya atraksi semacam itulah yang disukai penonton. Hal tersebut diakui oleh Ani, penjual tahu krispy yang menggelar dagangannya di Taman Wisata Senaputra selama empat tahun. “Kalau tarian biasa saja tidak menarik, tapi kalau ada atraksi-atraksinya semakin seru. Biasanya itu yang ditunggu penonton,” ucapnya. RV

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline