Total Quality Management (TQM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1920-an oleh William Edward Deming di Jepang. Konsep TQM pada awalnya berkembang dari pemikiran untuk mewujudkan produk yang bermutu sampai pada akhirnya meliputi semua aspek dalam organisasi.
W. E. Deming dikenal dengan "guru manajemen mutu" atau disebut juga "bapa mutu" dan diakui sebagai salah satu tokoh utama dalam pengembangan manajemen mutu.
Menurut Deming (1982) mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar produksinya karena hasil sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan tersebut baik berupa barang maupun jasa.
Filosofi Deming cenderung menempatkan mutu dalam artian yang manusiawi. Ketika pekerja sebuah perusahaan berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan baik dan memiliki proses manajerial yang kuat, maka kualitas pun akan mengalir dengan sendirinya.
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Pendekatan manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh,yaitu mulai dari input, proses,output, dan out come.
Maka dari itu, Deming dalam bukunya "Out Of The Crisis" menerapkan 14 prinsip manajemen mutu dalam rangka merancang transformasi manajemen yang berkualitas dan dalam menjaga keberlangsungan mutu di perusahaan atau organisasi, diantaranya:
1. Ciptakan tujuan yang mantap demi perbaikan produk dan jasa.
2. Adopsi filosofi baru, termasuk didalamnya cara-cara atau metode baru dan budaya baru dalam bekerja. Budaya baru harus didukung oleh seluruh karyawan dan harus mencerminkan komitmen bersama.
3. Hentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Ada atau tidaknya pengawasan harus tetap menjaga kinerja masing-masing.