Lihat ke Halaman Asli

Ketinggalan Kereta di Jakarta

Diperbarui: 28 Juni 2016   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: infojalan-jalan.com

Kata orang, hidup di Jakarta itu keras. Jakarta hanya untuk orang-orang yang mau berjuang dan sigap. Tidak ada kata manja. Lambat sedikit akan tertinggal. Telat sedikit jalanan sudah macet. Orang-orang berlari. Mengejar transjakarta, berimpit-impitan di commuter line. Semuanya demi bekerja dan bertahan hidup di ibukota Indonesia bernama Jakarta.

Setelah 4 hari bertualang di Belitung, saya dan teman saya hendak pulang ke Jember. Tidak ada penerbangan langsung, sehingga kami harus singgah di Jakarta lanjut naik kereta ke Surabaya lalu ke Jember. Dengan kondisi keuangan yang menipis, kami memutuskan menggunakan kereta ekonomi yang tiketnya baru ada beberapa hari kemudian. Alhasil, kami mengunjungi rumah panggi (panggilan untuk adiknya ayah paling kecil, dalam batak Simalungun) saya di Depok, sekalian menunggu hari keberangkatan.

Kereta dijadwalkan berangkat pukul 11.00 WIB. Dari Stasiun Pasar Senen, kami menggunakan kereta Jayabaya dengan tujuan Surabaya, lalu mengambil kereta Probowangi ke Jember. Sehari sebelum keberangkatan, panggi sudah menyarankan untuk berangkat jam 08.00 WIB dari Depok, supaya perjalanannya santai dan tidak terburu-buru, lalu naik commuter line dan gojek menuju Stasiun Pasar Senen. Kami yang tidak tahu apa-apa mengenai Jakarta pun menurut saja, yang penting sampai di Stasiun Pasar Senen.

06.30 WIB

Keesokan paginya kami bangun dan bersiap-siap. Tas dan barang bawaan sudah di packing malam sebelumnya.

08.00 WIB

Setelah mandi dan sarapan, kami diantar menggunakan mobil menuju stasiun kereta Depok. Sesampainya di stasiun, sudah banyak orang yang lalu lalang kesana kemari. Katanya jam segini memang jamnya orang pergi kerja. Kami membeli tiket dan diantar nanggi (panggilan untuk istrinya panggi, dalam batak Simalungun) untuk naik kereta. 

Ada dua buah kereta yang berhenti dengan pintu terbuka. Dua-duanya sudah penuh. Saking penuhnya, saya rasa orang yang di dalam tidak perlu lagi berpegangan pada handle yang menggantung di kereta. Setelah menunggu lama, kereta tidak juga berangkat. Akhirnya kami mendapat info bahwa kereta sedang eror karena ada kereta yang anjlok.

Kami pun segera keluar dari stasiun yang masih penuh dengan orang lalu lalang. Belum lagi tas travel besar yang harus kami jinjing kesana-kemari. “Ada kereta yang anjlok. Tadi pagi ternyata udah ada beritanya di TV, tapi kita nggak liat karena Ale nonton kartun” Panggi langsung memberi informasi yang didapatnya dari petugas stasiun. Oalaah..

09.00 WIB

Kami buru-buru kembali ke mobil. Jalanan tambah ramai dan padat. Orang-orang pasti pada turun ke jalan mencari alternatif lain. Orderan gojek meningkat, mobil di jalanan pun meningkat. Akhirnya panggi memutuskan untuk mengantar kami dengan mobil. Namun perjalanan rasanya lama sekali, dimana-mana macet. Klakson disana-sini. Jam pun terus berputar menuju angka 11. Gawat. Kami mulai panik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline