Mental health atau yang biasanya sering disebut dengan kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera di mana individu menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya. Dengan demikian, kesehatan jiwa mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, sosial. Penyakit mental yang ada pada diri seseorang menjadikan dampak yang besar pada orang tesebut. Gangguan mental ini dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stress dan menimbulkan hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Ada beberapa jenis gangguan mental antara lain depresi, kecemasan berlebihan, gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Penyebab gangguan kesehatan ini bermacam-macam seperti stress yang berkepanjangan atau kekerasan dalam rumah tangga dan trauma dengan suatu kejadian. Sebagian orang menganggap gangguan mental tersebut kebanyakan atau rentan dialami oleh perempuan.
Seseorang dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik dapat dinilai dengan kondisi ketika batinnya berada dalam keadaan tenang, aman, damai dan tentram. Sehingga hal tersebut memungkinkan untuk menikmati kehidupan sehari-hari, menghargai orang disekitarnya serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Namun, jika seseorang mengalami gangguan mentalnya, maka akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta sulit untuk mengendalikan emosinya yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku yang tidak diinginkan.
Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. Sebagai contoh dalam lingkungan keluarga. Terlalu banyaknya tuntutan yang diinginkan oleh orang tua tersebut, namun tidak ada feedback dari orang tua kepada anaknya. Kemudian, jika anak sudah mengalami gangguan mental maka mengakibatkan malasnya atau turunnya semangat dari anak tersebut. Padahal jika dilihat dari segi pendidikan, kebiasaan atau tingkah laku anak sebagian terbentuk dari pendidikan keluarga. Maka dari itu orang tua harus bisa lebih memahami apa yang diinginkan anaknya dan seberapa porsi kebutuhan anaknya dalam menjalankan kehidupannya.
Dan juga didalam melaksanakan pendidikan, peserta didik harus dalam keadaan siap serta juga sehat jasmani dan rohaninya agar mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Dimana penyesuaian tersebut didukung oleh faktor kesehatan yang dimiliki peserta didik tersebut. Kesehatan anak tersebut harus didukung oleh lingkungan sekitarnya seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Meski sarana dan prasarana pendidikan sudah terpenuhi, namun jika kesehatan jasmani dan rohani seseorang tersebut terganggu, maka akan terganggu juga terhadap hasil belajarnya.
Oleh karena itu cara untuk menghindari gangguan mental pada anak yaitu melakukan komunikasi antara orang tua dengan anak, atau guru dengan peserta didiknya dan memperlihatkan hal-hal yang baik serta tidak menghakimi atau memojokkan anaknya atau peserta didik tersebut yang akan mengakibatkan anak tersebut merasa semakin tidak percaya diri. Banyak remaja bahkan disekitar saya juga mengalami akan kurang terbukanya dengan orang tuanya padahal orang tua merupakan orang yang tau semua tentang kita. Bukan karena anak tidak mau tetapi terkadang orang tua yang sibuk atau sensitif yang membuat anaknua enggan atau takut untuk bercerita.
Hal inilah yang harus orangtua pahami. Karena semakin dewasa seseorang maka semakin memicu adanya stress yang dapat menganggu kesehatan mentalnya, dan disitulah peran orang-orang terdekat seperti orang tua atau guru yang diharapkan bisa memberi motivasi atau masukan agar seseorang tersebut tidak mengalami down atau gangguan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H