Gemericik air yang membahasi tanah membuat ku terbangun, cuaca yang sangat tidak bersahabat membuatnya malas untuk bangun dari ranjangnya. Setelah mengumpulkan nyawanya ia segera berdiri dan membuka jendela untuk mempersilahkan udara masuk dan menatap suasana di pagi hari dengan sendu karena tepatnya pada hari ini aku ditinggalkan seseorang yang paling dia sayang. Ia segera mandi dan bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
Ia, Vanya Veronica Sky, seorang Dokter Spesialis Jantung yang hanya tinggal dengan seorang nenek.
Selang waktu cukup lama ia mengendarai mobil dengan perlahan menikmati udara kota. Ia memberhentikan mobil saat berada di depan toko bunga, setelah selesai membeli bunga mulai kendarai mobil lagi sampai berada di suatu tempat yang membuatnya merasa sedih. Ia mulai langkahkan kaki perlahan dan mulai tercium aroma semerbak bunga kamboja. Tepat di samping makam ibunya karena tepatnya pada hari ini, 12 tahun yang lalu ibu meninggalkan selamanya. Ia berbicara dengan makam ibunya meskipun tidak ada jawaban sama sekali.
"Bu, tepat pada hari ini engkau meninggalkan aku, aku sangat merindukanmu, Bu." Ucap Vanya dengan lirih dan meneteskan air mata.
Tiba-tiba tas Vanya bergetar, ternyata ada panggilan masuk dari rumah sakit, Vanya langsung mengusap air matanya dan mengangkat panggilan itu.
"Dokter Vanya tolong segera ke rumah sakit, ada pasien yang harus ditangani segera." ucap dari seberang telpon dengan tergesa-gesa.
Vanya mengatakan akan segera kesana dan Ia pamit dari makam ibunya dan bergegas kembali ke mobil. Sekitar 10 menit Vanya sudah sampai di rumah sakit dan segera masuk ke ruangan ICU, karena tadi ia sudah bertanya lagi dengan suster. Selang 1 jam berlalu, Vanya sudah menangani pasien tersebut untungnya Vanya datang tepat waktu sehingga pasien tersebut dapat terselamatkan. Akhirnya Vanya dapat bernafas dengan lega dan segera ingin bertemu dengan salah satu keluarga pasien tersebut.
"Kondisi Ibu Rinjani sangat lemah, untungnya tidak telat untuk ditangani, saran saya ibu Rinjani harus menjaga pola makan dan tidak stress." ungkap Vanya serius dengan menatap orang itu. Vanya mengetahui nama pasiennya karena melihat data diri "Rinjani Nugroho" yang dibawa oleh susternya.
"Baik, saya akan menjaga ibu saya dengan baik, Dok. Oh iya perkenalkan, saya Reandra Devano Nugroho biasa dipanggil Rean, tolong bantu ibu saya hingga sembuh, Dok saya percayakan pada anda." ucap Rean dengan tatapan serius.
Vanya mengiyakan dan Rean mulai meninggalkan ruangan, tinggal Vanya seorang diri di ruangannya. Ia menatap kosong ruangan itu dengan pikirannya yang teringat dengan mendiang ibunya karena penyakit yang diderita oleh pasiennya sama persis dengan penyakit ibunya dulu, dan Vanya berdoa agar ia bisa menolong pasiennya.
Hari demi hari mulai berlalu, tidak terasa sudah satu bulan ia merawat Ibu Rinjani dan keadaanya mulai membaik. Ia bahkan menganggap Ibu Rinjani adalah ibunya sendiri dan sebaliknya begitu. Pada hari ini Ibu Rinjani sudah diperbolehkan pulang dengan dijemput suami dan anaknya. Tiba-tiba ruangan kamar Ibu Rinjani terdengar ketukan dari luar dan menampakkan anak dan suami ibu Rinjani. Vanya baru pertama kali melihat suami ibu Rinjani karena belum bertemu sebelumnya. Suami ibu Rinjani merasa tidak asing dengan wajah orang yang berada disebelah istrinya.